Brebes | Jateng, IMC - Beberapa titik di Desa Pasirpanjang Kecamatan Salem merupakan daerah rawan Likuifaksi atau tanah bergerak yang berpotensi longsor. Pernah terjadi pada 22 Februari 2018 lalu, longsor Pasir Panjang yang merupakan bencana nasional menelan 18 korban jiwa dan belasan luka-luka. Jumat (30/11/2018).
Jalan Raya Provinsi Banjarharjo-Salem di wilayah desa tersebut, pernah terputus total sepanjang kurang lebih 502 meter. Namun kini sudah ada dua akses baru, jalan yang lama dibangun dengan swadaya masyarakat serta jalur alternatif baru sepanjang 8,7 kilometer yang dibangun pemerintah membelah hutan pinus BKPH Salem yang mengarah ke Desa Wanoja. Saat ini memasuki awal musim penghujan, intensitas hujan cukup berpotensi menyebabkan longsor, terutama di sekitar titik mahkota longsor lama, tepatnya di Hutan Labuan Bulan Desa Pasirpanjang.
Untuk itulah peranan relawan lokal sangat diperlukan guna menyelamatkan jiwa pertama kali sebelum bantuan lainnya datang jika terjadi bencana alam. Ini mengingat tim penanggulangan bencana, BPBD dan Kodim 0713 Brebes berjarak kurang lebih 55 kilometer san 1 jam 30 menit dari Pasir Panjang.
Serka Wartono (sepatu krem dan memakai kaos hitam Chelsea) anggota Unit Intel Kodim Brebes nampak sedang memberikan pelatihan materi repling termasuk cara pemasangan harnes tubuh dan menuruni bukit guna menyelamatkan korban, disimulasikan bahwa pohon adalah tebing. Komunitas BANGBARA (Barudak Kumbang Sagara) Desa Bentarsari Kecamatan Salem yang diketuai Urip Subagyo, disiapkan sebagai garda terdepan melaksanakan evakuasi korban jika bencana terjadi, baik utamanya longsor, puting beliung maupun banjir di wilayah kecamatan tersebut.
“20 orang dari Komunitas Barudak Kumbang Sagara Desa Bentarsari kami siapkan sebagai relawan lokal guna evakuasi pertama jika terjadi musibah bencana. Jika ada kesempatan seperti ini kami latihkan agar mereka betul-betul siap dan meminimalisir jatuhnya korban dari pihak penolong. Aplikasi militer menuruni dan menaiki tebing sambil membawa korban atau POL (Pengangkutan Orang Luka) dengan tali saya transfer disini. Semoga saling tukar ilmu ini bermanfaat bagi masyarakat disini kedepannya dalam berbagai pekerjaan”, ungkap Wartono.
Bencana alam tidak tahu kapan datangnya dan kepada siapa serta dimana bencana itu akan terjadi. Untuk itu apabila datang, BANGBARA diharapkan dapat bertindak cepat sehingga korban bisa diminimalkan sekecil mungkin melalui prosedur yang benar. (pendim0713brebes/Aan)