No title


MEMAKNAI 71 TAHUN MERDEKA..........

Oleh : AHMAD ZAHNI
            (Wartawan Koran Jurnal, Ketua IJM, Dewan Pembina PPWI – Oi – FAMA, Ketua FKA PNPM/P2KKP Kab. Magetan, Ketua Yayasan Riyadlul Jannah Maospati, Ustadz Wow)



Magetan pewarta-madiun.com - Bulan Agustus selalu identik dengan peringatan hari kemerdekaan RI, di tahun 2016 ini 71 tahun usia negeri yang terkenal sebagai Untaian Zamrud Khatulistiwa, sudah sangat matang bila dikaitkan dengan kedewasaan berfikir dan sudah sangat mapan jika dikaitkan dengan riwayat kesejarahan, pun termasuk rakyat yang ada di dalamnya.
Di bulan keramat ini pula kita semestinya disadarkan oleh perubahan musim yang tidak pada siklusnya. Biasanya memasuki akhir Juli angin mulai berhembus kencang dan tidak ada hujan, namun saat ini alam berlaku lain. Curah hujan masih tinggi, sedikit ada hembusan angin yang tidak mampu mengibarkan bendera-bendera di depan rumah kita… lesu… hilang gairah… pudar semangat.
Negeri yang telah pernah jatuh bangun didera tragedi oleh berbagai macam goncangan internal dan eksternal lalu mulai berbenah menata membangun dan bangkit dari keterpurukan ketertinggalan kini bisa sejajar dengan bangsa-bangsa yang lebih dulu merdeka serta lebih awal dalam peradaban, juga termasuk rakyat yang ada di dalamnya.
Berkaca dari Negara-negara lain yang porak poranda oleh invasi dan agitasi dari luar sementara rakyat yang ada di dalamnya termakan provokasi, akhirnya saling tercerai berai… Mungkin kini saatnya, dengan memanfaatkan momentum Dirgahayu 71 Tahun Indonesia Merdeka kembali kita perkuat ikatan rasa Persatuan dan Kesatuan Bangsa secara hakiki. Bukan sebatas slogan yang akan luntur oleh tarik ulurnya kepentingan politik, bukan hanya bahasa retorika yang hanya untuk ditampilkan di halaman-halaman surat kabar atau televisi, bukan sekedar ceremonial untuk program-program pencitraan. Tapi lebih pada penyadaran betapa pentingnya ukhuwah / persaudaraan sebangsa setanah air. Ingat, ancaman disintegrasi bangsa mulai merayapi populasi anak negeri. Tawuran antar RT/Kelurahan, perselisihan antar suku, mulai dihembuskannya firqoh-firqoh (perbedaan) antar sesama umat pemeluk agama/kepercayaan. Kita telah dibentur-benturkan dengan saudara sendiri, dan tanpa disadari jurang menganga itu sudah sedemikian dalamnya yang siap merontokkan sendi-sendi kerukunan yang fondasinya sudah dibangun (dengan susah payah) oleh para leluhur pendiri negeri ini. 
Kita yakin arwah para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan negeri ini akan menangis bila melihat rakyatnya saling bermusuhan, yang hanya untuk meneriakkan NKRI HARGA MATI saja dengan menghalau pengguna jalan lain, menendang bahkan mengacung-acungkan senjata serta memblokade jalan protokol. Disisi lain, maraknya kejahatan korupsi telah menjadikan negeri ini surga bagi para koruptor. Hukum belum menjadi panglima di Negara yang terkenal dengan Keadilan Sosialnya ini, peradilan masih menyisakan persoalan supremasi hukum. Yang salah divonis benar, yang benar dikalahkan…oleh uang. Kita percaya arwah para pejuang akan merana jika mengetahui negeri yang telah dibelanya dengan berdarah-darah ini rakyatnya masih miskin … miskin harta dan miskin peradaban. Betapa sakitnya melihat banyak tenaga kerja produktif tidak bisa bekerja di Negara sendiri karena masuknya tenaga asing yang mulai mendominasi sektor-sektor industri dalam negeri. Sementara untuk ingin menjadi pegawai negeri (katanya, sudah bukan rahasia lagi) mahalnya setengah mati… Kedaulatan bangsa dan Negara hanya menjadi pelengkap pelajaran di sekolah-sekolah. Anak-anak usia sekolah sudah mulai terjangkiti apatisme, acuh tak acuh, tidak punya sense of belonging / rasa kepedulian, hingar bingarnya gadget telah jadi kitab suci, rasa malu menjadi barang langka, sopan santun hanya wacana, padahal dipundaknyalah keberlangsungan negeri ini diharapkan. Untuk system pendidikan nasional, kalau memang perlu kembali dimasukkan pelajaran dan pembelajaran budi pekerti. Kaidah agama (apapun agamanya) sangat perlu menjadi penekanan. Dekadensi moral (kemerosotan ahlak) adalah awal hancurnya sebuah peradaban, dan kita yakin semua tidak menginginkan itu terjadi. Belum terlambat, kita selalu berharap di usia 71 tahun ini bangsa yang dulu pernah kesohor dengan budayanya yang adi luhur, pernah tenar dengan kebhinekaannya namun tetap tunggal ika, akan mampu survive (lolos) dari segala macam hunjaman penggerogotan dalam bentuk apapun… dan biarkanlah bendera kita tidak berkibar di bulan Agustus tahun ini, daripada bisa berkibar hanya oleh hembusan angin salah mongso …   
       


Post a Comment

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال