Mahasiswa IPB University Ikuti Webinar Forgiveness Therapy


 

Bogor, IMC
- Luka pengasuhan ternyata berdampak terhadap mental dan perilaku anak dalam jangka panjang. Hal tersebut terungkap dalam Webinar Forgiveness Therapy yang disampaikan psikolog Dandiah Consultant Arina Yulianingsing yang diikuti puluhan mahasiswa dan dosen konselor serta dosen IPB University secara daring belum lama ini.


Dalam webinar yang diselenggarakan oleh Konseling Sekolah Vokasi IPB University, Arina menyampaikan luka pengasuhan merupakan luka psikologis yang dialami seseorang yang ditimbulkan setidaknya karena dua kondisi. Yaitu hak anak kurang atau tidak terpenuhi sama sekali oleh sosok orang tua di masa kecil saat masa pengasuhan dan pendidikan.



“Kedua, adanya momen buruk atau traumatis yang dialami anak di masa kecil yang membekas sampai sekarang,” jelas Konselor dan Duta Kesehatan Mentor (DKM) Dandiah.
Arina juga menyebutkan setidaknya ada tujuh penyebab terjadinya luka pengasuhan seperti unwanted child atau anak yang tidak diinginkan atau merasa tidak diinginkan. Bullying dari rumah yaitu anak yang mendapat atau merasa mendapatkan kekerasan baik verbal maupun fisik, sibling rivalry (anak yang dibedakan atau merasa dibedakan karena pilih kasih), anak terlantar di rumah mewah, anak yang diasuh atau merasa diasuh oleh orangtua yang over control dan over demanding.

“Selain itu, ada juga pola asuh yang otoriter, termasuk helicopter parent yang mengasuh overprotective atau penuh permisif serta anak-anak dari keluarga broken home yang bukan hanya orangtua bercerai tapi kondisi keluarga yang penuh huru hara drama,” jelas wanita alumni magister profesi psikologi itu.

Dalam kegiatan ini, Arina juga menyebutkan beberapa dampak luka pengasuhan terhadap kualitas mental secara personal, sebagai pasangan dan saat sebagai orangtua.  “Sehingga wajar mahasiswa yang merasa memiliki luka pengasuhan memiliki konsep diri yang buruk dan emosi yang labil. Hal ini berdampak buruk pada penyesuaian diri di lingkungan sosial,” ujar ibu dua anak itu.

Arina menyampaikan setiap individu penting untuk membasuh luka pengasuhan dengan forgiveness therapy atau serangkaian psikoterapi untuk memaafkan diri juga orang-orang yang menyakiti dengan tulus.  Ia juga menjelaskan, jika sudah memahami manfaat dari memaafkan tulus apakah akan membuat diri kita mau dan mampu memaafkan? Ternyata menurut Arina itu tidak cukup. Hal ini membutuhkan waktu karena perlu diberi tahu tentang manfaat dari aspek kognisi tapi juga disentuh titik mampu atau aspek konatif dan pemaafan tulus perlu proses panjang.
“Diperlukan ilmu, guru dan teman perjuangan. Selain itu bisa dibantu dengan menulis, tempat yang nyaman, melakukan butterfly hug dan belajar untuk terus memaafkan,” pungkasnya. (*/Zul/ Rls)

Post a Comment

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال