Tim Peneliti IPB University Bangun Kampus Petani di Indramayu




Jakarta, IMC
- IPB University bermitra dengan Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) memberdayakan petani untuk menghadapi dampak perubahan iklim. Tim dari IPB University sendiri diketuai oleh Dr Sarwititi Sarwoprasodjo dari Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM) Fakultas Ekologi Manusia (Fema) dengan anggota (mahasiswa IPB University) Anisa Nukasanah, Bayu Aji Krisandi dan Dyah Harianti Purnomo.


Pemberdayaan ini dilakukan dengan menggabungkan penguatan kapasitas adaptasi dan model komunikasi partisipatif. Inisiatif ini telah dilakukan dalam bentuk riset aksi yang melibatkan kelompok tani di Desa Kendayakan, Trisi, Indramayu sejak tahun 2022.


“Riset ini turut melibatkan mahasiswa IPB University secara aktif untuk menunjang penerapan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Inisiatif ini diistilahkan dengan nama Kampus Petani dengan melibatkan dua prodi IPB University yakni prodi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat dan prodi Proteksi Tanaman. Melalui wadah ini, baik mahasiswa, akademisi dan petani bisa saling belajar dan berbagi pengetahuan,” ujar Dr Sarwititi.


Menurutnya, mahasiswa dituntut untuk mengimplementasikan hasil pembelajaran di kampus ke lapangan. Mereka juga ditantang untuk mengenal praktik dan usaha tani.

“Dari sisi dosen, kami melihat ada kesempatan untuk memagangkan mahasiswa dan melakukan proses belajar yang didampingi oleh KRKP. Menurut saya, ketika Kuliah Kerja Nyata (KKN), mahasiswa yang dituntut untuk memiliki program sendiri, namun kali ini dosen yang memiliki program lintas disiplin lalu mahasiswa yang menopangnya, rasanya akan jauh lebih efektif bagi masyarakat,” terangnya dalam Aksi Kita Sapa Bumi bersama KRKP dengan tajuk Kampus Petani: Ruang Belajar dan Komunikasi Petani menghadapi Perubahan Iklim melalui Siaran radio 106,8 Pro 2 FM RRI Bogor, (29/10/2022).


Ia menambahkan, dari sudut pandang dosen, kegiatan ini merupakan bentuk pengajaran, pengabdian dan penelitian. Dari sisi mahasiswa tidak hanya belajar namun terjun langsung ke lapangan. Tentu hal ini akan jauh lebih efisien,” lanjutnya.


“Kampus Petani tidak hanya berbagi pengetahuan terkait aspek teknis pertanian, namun aspek sosial turut dilibatkan. Dalam mempelajari pertanian tidak lepas dari manusianya, harus bersinergi antar disiplin ilmu,” katanya.


Menurutnya, mahasiswa dapat turut mengecek realitas pertanian di lapangan. Proses belajarnya tidak hanya aktif sebagai mahasiswa, namun turut aktif sebagai fasilitator. Melalui pendekatan ini, baik mahasiswa dan petani akan saling belajar satu sama lain.

“Ketika kita memutuskan penelitian ini berbentuk participation research, metode ini menuntut kita untuk mendengar petani dulu. Lalu dilanjutkan dengan analisis masalah dan melakukan banyak Focus Group Discussion (FGD). Kita lebih banyak mendengarkan, bukan berbicara untuk memberitahu. Upaya ini demi menghubungkan pengetahuan petani yang berupa kearifan lokal dengan pengetahuan di tingkat akademisi,” ujar Dr Sarwititi. (MW/Zul/RSH)

Post a Comment

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال