Jakarta, IMC – Ketua Umum Persatuan
Pewarta Warga Indonesia (PPWI), Wilson Lalengke, S.Pd., M.Sc., MA., yang
merupakan lulusan PPRA Lemhannas tahun 2012, memberikan pemaparan
terkait Jurnalisme di mata organisasi yang dipimpinnya.
Menurut
Wilson, secara prinsip, Persatuan
Pewarta Warga Indonesia (PPWI) mendorong agar informasi tidak dijadikan
komoditas produksi, sehingga aturan media massa dikelola hanya oleh perusahaan,
seperti PT dan semacamnya, bertentangan dengan hakekat informasi yang berfungsi
sosial.
“Ketika
informasi masuk ke ranah perusahaan, maka berlaku hukum ekonomi ‘dengan modal
sekecil-kecilnya, mendapatkan untung sebesar-besarnya’. Dalam kondisi itu,
kejernihan dan kejujuran informasi menjadi tereduksi, dan pada tahap kritis,
akan hilang ditelan tebal-tipisnya amplop.” ujar pria yang juga menyelesaikan
pendidikan masternya di Birmingham University, England dan di Linkoping
University, Swedia ini.
Lebih
lanjut, orang nomor satu di PPWI ini menambahkan bahwa bagi PPWI, jurnalistik
(yang obyek utamanya adalah informasi) merupakan dunia belajar-mengajar di
tengah-tengah masyarakat tanpa batas ruang dan waktu.
“Jurnalisme
adalah dunia pendidikan, yang oleh karenanya harus tetap steril dari kegiatan
transaksional ekonomi-bisnis. Sama seperti sekolah, kampus, madrasah, jika
dikelola oleh entitas badan usaha berupa PT, dapatlah dibayangkan betapa
hancurnya peradaban manusia di negeri ini suatu saat nanti, akibat harga
informasi yg demikian mahal, yang pada sisi lain kebohongan informasi merebak
meracuni generasi demi generasi.” Papar pria yang akrab dengan sapaan ‘Bang
Wilson’ ini.
Dunia
jurnalistik adalah tempat untuk membagi ilmu dan pengetahun tentang apa saja
yang ada di sekitar kita. Baik secara professional maupun pewarta warga.
Jurnalisme bukan tempat yang tepat untuk memperkaya diri atau mencari kemapanan
hidup.
“Satu
lagi, jangan bermimpi menjadi kaya, atau minimal hidup mapan dengan
menyandarkan diri pada kerja-kerja jurnalistik, hampir mustahil impian itu
dapat diraih, kecuali berdagang informasi dengan ramuan kebohongan dan
tipu-tipu. PPWI meletakkan dasar anggapan bahwa jurnalisme hanyalah sebagai
perahu belaka, bukan tujuan, juga bukan mesin produksi. Melalui jurnalisme,
setiap penumpang perahu akan bertemu banyak orang, banyak pihak, dari berbagai
latar belakang. Pertemuan-pertemuan itulah yang memberi peluang bagi setiap
pelaku jurnalisme (profesional maupun pewarta warga) membangun relasi bisnis
untuk menunjang hidup dan kehidupannya,” tegasnya. (red)