Opini: Kampanye dan Debat Pilpres 2024 dalam Membangun Kecerdasan Sosial

 

Rachman Salihul Hadi



Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tertuang dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 merupakan amanah yang harus diwujudkan oleh seluruh pemimpin di negeri ini, termasuk para calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang kini sedang bersaing.


Dalam berkampanye, setiap kandidat harus mampu membangun kecerdasan sosial konstituennya, setiap individu harus memiliki kecerdasan sosial. Dengan kecerdasan sosial yang tinggi, seseorang akan mempunyai kekuatan penuh dalam membina hubungan baik dengan orang lain. Oleh karena itu, setiap calon presiden dan wakil presiden harus mampu meningkatkan kecerdasan sosial masyarakatnya saat berkampanye dan berdebat.

Dalam debat yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU), setiap kontestan tak sekadar merebut simpati dan perhatian masyarakat. Calon presiden dan wakil presiden dituntut untuk mewujudkan visi menjadikan hidup masyarakat lebih cerdas. Berdasarkan kecerdasannya, masyarakat kemudian mampu memilih calon pemimpin secara rasional.

KPU berharap kampanye dan debat dalam rangkaian pemilu presiden dan wakil presiden lebih berkualitas, dan menghindari formalitas dalam menyampaikan pandangan politiknya.


Kualitas debat dipengaruhi oleh pengalaman dan rekam jejak para kontestan. Calon Presiden dan Wakil Presiden harus menunjukkan kinerja terbaik dan argumentasi logis berdasarkan fakta. Tak hanya massa, setiap aksi kampanye dan debat juga bisa memberikan dampak emosional bagi para kandidat.

Dalam tiga periode terakhir, Pilpres terkesan menjadi ritual yang menguras emosi dan berpotensi memicu gesekan antar komponen.

Gesekan berujung pada konflik yang mengkhawatirkan seiring dengan kemudahan penyebaran informasi melalui saluran digital. Oleh karena itu, masing-masing pihak harus bisa mengendalikan emosi, mengingat seluruh rangkaian tindakan adalah demi kepentingan bangsa.

Kondisi sosial politik dalam kegiatan kampanye seringkali menimbulkan kesalahan dan memicu emosi setiap kandidat dan pendukungnya.


Navigasi kecerdasan sosial

Setiap kandidat perlu memiliki kemampuan menavigasi berbagai langkah strategis dalam membangun kecerdasan sosial bagi masyarakat

Kecerdasan sosial menunjukkan pemahaman pendukung atau konstituen terhadap makna kontestasi. Kecerdasan sosial menuntut setiap orang untuk memahami hakikat kehidupan berbangsa dan memiliki keterampilan sosial untuk mampu berinteraksi sosial secara elegan sebagai wujud interpersonal yang membawa kebaikan bagi masyarakat.


Calon Presiden dan Wakil Presiden mengembangkan navigasi dalam membangun kecerdasan sosial sesuai indikator kecerdasan sosial. Seseorang dengan kecerdasan sosial yang tinggi alias cerdas secara sosial menunjukkan kompetensi sosial yang kuat dan berperilaku baik sehingga membuat pihak lain merasa lebih dihargai, dipercaya, dan dihormati.

Dengan menampilkan aksi kampanye dan debat, setiap kandidat harus memberikan pelajaran tentang arti keramahan, persahabatan, dan mampu berinteraksi dengan orang lain sesuai norma dan etika sosial. Selain itu juga membangun semangat konstituen agar mau bekerja sama dengan semua pihak. Nilai ini biasanya dikonseptualisasikan di Indonesia sebagai gotong royong.

Di sisi lain, rendahnya kecerdasan sosial mendorong perilaku curang, memicu agresi massal yang cenderung destruktif. Perilaku destruktif seringkali dipicu oleh kurangnya kesadaran dan pemahaman nasional dan sosial mengenai dampak perilaku buruk terhadap tatanan sosial.

Masing-masing kandidat mempunyai pengalaman dan rekam jejak yang mempengaruhi persepsi massa. Setiap orang menangkap emosi satu sama lain melalui ekspresi diri, suasana hati, dan banyak lagi. Semakin kuat hubungan emosional dalam interaksi maka semakin kuat pula dampaknya terhadap persepsi. Oleh karena itu, setiap kandidat dituntut mampu menunjukkan ekspresi diri yang menarik dan empati yang tinggi.

Setiap tindakan dalam kampanye atau debat politik mampu menciptakan suasana sejuk tanpa menimbulkan kehancuran sosial. Sudah saatnya calon presiden dan wakil presiden menunjukkan diri sebagai negarawan yang mampu membangun hubungan sosial dalam suasana damai.


Membangun kecerdasan sosial dari berbagai aksi kampanye pada rangkaian pemilu presiden dan wakil presiden saat ini, wajar jika melihat kemampuan sosial dan komunikasi setiap kandidat, termasuk kemampuan membangun kecerdasan sosial khususnya bagi konstituen dan masyarakat luas pada umumnya.

Membangun kecerdasan sosial dapat dilakukan dengan memberikan teladan Para calon presiden dan wakil presiden memberikan contoh terbaik dalam sikap, perilaku, dan berbagai pernyataan yang membesarkan hati. Masyarakat merasa nyaman dengan kehadiran calon pemimpinnya. Kecerdasan sosial juga dapat dibangun dengan menunjukkan pandangan yang mencerahkan tanpa mengganggu perasaan dan persepsi masyarakat.

Dengan berwawasan positif, calon dianggap layak untuk didengarkan, diperhatikan, layak dipilih, dan prospektif sesuai dengan tuntutan masa depan. Kondisi masa depan yang tidak dapat diprediksi sangat mengkhawatirkan masyarakat. Dalam kondisi ini, Capres dan Cawapres mengembangkan empati, yakni mengambil sikap seperti yang dialami orang kebanyakan. Ketika masyarakat merasakan empati, maka secara psikologis masyarakat terhubung erat dengan sosok pemimpin.

Dengan sikap anggun dan mengayomi, kecerdasan sosial dibangun melalui munculnya berbagai gagasan, pandangan, dan visi yang jelas. Sebagai calon pimpinan puncak, calon presiden dan wakil presiden menghindari miskomunikasi dan kesalahpahaman masyarakat melalui ekspresi diri yang jelas dan meyakinkan.

Membangun kecerdasan sosial dapat dilakukan dengan berpikir mendalam sebelum berbicara dan bertindak

Meluangkan waktu untuk berpikir matang sebelum bertindak dapat mencegah tindakan impulsif yang membuat Anda menyesal di kemudian hari. Kecerdasan dalam kehidupan berbangsa harus dimaknai sebagai wujud kemampuan masyarakat menjunjung tinggi kejujuran.

Berdasarkan bukti otentik dan rasional, masyarakat memilih pemimpin yang tidak hanya menjadi teladan, namun juga memiliki rekam jejak kejujuran yang mengesankan.


Di sisi lain, bagi calon presiden dan wakil presiden, inilah saatnya untuk meraih kredibilitas di hadapan pemilih dari segi kuantitatif yang sangat potensial. Kepercayaan dan reputasi dapat dicapai melalui proses panjang disertai konsistensi, komitmen dan tidak ada kompromi dalam bentuk kesalahan apapun. 

Untuk menjaga momentum pendidikan politik kepada masyarakat, calon presiden dan wakil presiden dapat memasukkan agenda setting dalam kampanye dan debat politik yang diselenggarakan oleh KPU.

Penyusunan agenda setting dengan mempertimbangkan dinamika sektoral seperti pendidikan, kesehatan, perekonomian dan ketenagakerjaan, serta sektor lain yang memberikan kemudahan akses bagi pemilih.

Upaya membangun kecerdasan sosial didukung oleh kemampuan navigasi sejumlah persoalan dan fokus memenuhi berbagai kepentingan yang diyakini mampu memenuhi keinginan para pendiri bangsa dalam mencerdaskan masyarakat, Selain, mampu pula mengemban amanah untuk membangun negeri sesuai konstitusi. kampanye kecerdasan Pemilu 2024 Debat Capres (rachmansalihulhadi/red.).


Penulis adalah: Pemimpin Redaksi Indonesia Media Center MTV- IMC Net Indonesia


Post a Comment

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال