Brebes | Jawa Tengah, IMC - Pustakawan
ahli madya perpustakaan wilayah Jateng Nugroho Sismartanto menegaskan,
perkembangan perpustakaan desa sangat tergantung pada tiga unsur yakni orang,
ruang dan uang. Ketiganya harus tersedia dan bersinergi bila perpusdes ingin
langgeng dan maju.
Demikian
disampaikan Nugroho Sismartono saat workshop perpustakaan desa, di hotel Grand
Dian, Jalan Jenderal Soedirman Brebes, Rabu (28/3).
Meskipun
demikian, perhatian dan peran Kepala Desa (Kades) atau Lurah sangat dominan. Dalam
artian, tanpa peran Kades atau Lurah perpustakaan desa sulit berjalan
sebagaimana yang diharapkan.
Untuk
itu, dalam susunan kepengurusan harus melibatkan unsur kepala desa, perangkat
desa, PKK, karang taruna dan stake holder lain di desa yang bersangkutan.
Untuk
ruang, lanjut Nugroho, sementara waktu bisa meminjam salah satu ruang di balai
desa. Sesungguhnya, Kades bisa mengalokasikan dana desa untuk memenuhi
kebutuhan ruang perpustakaan juga kebutuhan bahan pustaka serta honor
pengelola.
Sesuai
Undang undang nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan, pemerintah pusat,
provinsi, kabupaten hingga desa mempunyai kewajiban menganggarkan perpustakaan
desa. Kalau perpustakaan sekolah, sudah jelas minimal 5 persen APBS dialokasikan
untuk perpustakaan sekolah.
Nugroho
menjelaskan, terbentuknya perpustakaan desa tidak serta merta langsung mampu
meningkatkan minat baca masyarakat tersebut. Karena tumbuhnya minat baca tidak
ujug-ujug atau tiba-tiba datang. Tetapi harus dipupuk sejak dini. Ibu-ibu,
sangat berpengaruh menumbuhkan minat baca. Maka ibu-ibu harus dekat dengan
buku, bukan dekat dengan Gawai (gatget) ketika menemani Si Kecil menjelang
tidur atau sat bercengkrama.
Pengaruh
ibu sangat dominan dalam penumbuhan minat baca. Anak tidak harus langsung
disodori buku untuk membaca. Bisa dengan jalan diajak mendongeng, permainan
baru yang kemudian di tempat tersebut disediakan baham pustaka.
Kendala
perpustakaan desa, masalah kekurangan uang masih jadi alasan klasik.Tetapi hal
ini bisa dicari solusi dengan pengalokasian dana desa minimal 1 persen untuk
kegiatan perpustakaan desa. Lakukan pula bertindak sebagai pemulung buku yakni
mencari buku di masyarakat sekiranya buku bukunya tidak lagi diperlukan untuk
dibeli atau disumbangkan. Atau juga bisa meminjam buku ke perpusta jual beli di
masyarakat.
Perpustakaan
desa juga harus melakukan kerja sama dengan perpustakaan kabupaten dengan
menggunakan sistem pinjam buku. Karena Perpustakaan manapun tidak bisa
melengkapi diri sendiri, terutama dalam pengadaan bahan pustaka yang sesuai
kebutuhan pembaca.
Keberadaan
perpustakaan yang berada di desa, tentu tidak bisa melayanani seluruh
masyarakat desa. Untuk itu, harus disediakan perpustakaan keliling desa apa
dengan sepeda, sepeda motot, becak maupun mobil yang telah dimodifikasi.. “Masyarakat
punya hak mendapat pelayanan.baca, untuk itu harus tersedia perpustakaan desa,”
tegasnya.
Nugroho
menjelaskan, setidaknya Perpustakaan desa memiliki 1000 judul atau eksemplar.
Dan untuk pengembangan selanjutnya, diharapkan satu kecamatan memiliki satu
perpustakaan desa yang bisa diandalkan atau dijadikan model. Sehingga kehidupan
perpustakaan desa bisa lebih semarak.
Workshop
yang diikuti 40 peserta perwakilan dari 20 desa terpilih itu dibuka Kepala
Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Brebes Tatag Koes Adianto.
Dalam
sambutannya, salah satu faktor penyebab IPM kabupaten Brebes masih rendah
adalah tingkat pendidikan rendah. Untuk itu, harus bisa merubah paradigma cara
berpikir masyarakat terutama di daerah pedesaan tentang pentingnya pendidikan.
Di kabupaten Brebes harus mulai ditumbuhkan minat baca masyarakat, semakin
banyak masyarakat yang gemar membaca diharapkan bisa mengubah pola pikir
masyarakat tentang pendidikan.
"Dinas
kearsipan dan perpustakaan ingin menjadi pemicu tumbuhnya minat baca
dimasyarakat. Salah satu caranya adalah melatih masyarakat desa untuk merintis
dan mengembangkan perpustakaan desa. Dengan membaca, membuka jendela informasi
dunia," terang Tatag.
Lebih
lanjut Tatang menjelaskan kegiatan ini bukan suatu kegiatan yang start langsung
finish. Tapi sebagai langkah awal pengembangan perpustakaan desa.
"Dinas
siap memfasilitasi pembentukan dan pengembangan perpustakaan desa, terutama
bagi desa yang proaktif dan benar-benar serius dalam pengembangan perpustakaan,
dengan mensuplai kelengkapan buku atau minimal tempat akan difasilitasi,"
tambahnya.
Salah
satu peserta workshop dari Desa Parereja Kecamatan Banjarharjo Puji Astuti,
sangat bersemangat untuk mengembangkan perpustakaan di desanya.
"Saya
sangat antusias mengikuti pelatihan ini, semoga ilmu yang didapat hari ini bisa
saya aplikasikan di desa. Sehingga terwujudnya perpustakaan desa yang sangat
saya idam-idamkan," katanya.