Paralayang dan Paramotor Bisa Jadi Lumbung Prestasi



Ngawi, Pewarta – Olahraga dirgantara yang satu ini, bisa dibilang masih awam di masyarakat. Namun sekarang ada angin segar bagi masyarakat yang ingin menggeluti olahraga ini.

Adalah Daniel Dwi Yanto yang membuka pintu bagi para pemuda pemudi yang ingin menggeluti paralayang dan paramotor.

Ketua Pengcab Paralayang Paramotor Ngawi ini mengatakan, sejatinya semua orang bisa terbang dengan parmotor dan paralayang. Semua tinggal kemauan untuk belajar. Selain itu, harus ada pelatihan dan lisensi khusus.

Misi utama Daniel adalah memasyarakatkan olahraga dirgantara tersebut sembari mencari bibit-bibit atlet dari Ngawi. Pun, cabor paralayang dan paramotor sudah resmi dibawah naungan KONI.

“Maka itu kami membuka pintu bagi masyarakat yang mau menggeluti paramotor dan paralayang, mensosialisasikan paralayang dan paramotor sembari melihat spot-spot yang cocok untuk pengembangan wisata dirgantara kedepan khususnya di Ngawi," urai Daniel.

Daniel mengungkapkan, paralayang dan paramotor merupakan cabor yang sangat menjanjikan, khususnya di Jatim. Karena sering digelar kejuaraan daerah, nasional maupun dunia dan pesaingnya tidak begitu banyak. Bahkan, pemegang juara dunia paralayang dan paramotor 4 kali berturut-turut adalah atlet dari Jatim untuk kategori ketepatan mendarat.

"Kalau di Ngawi kendala utamanya adalah minimnya tempat, padahal sebenarnya ada beberapa spot yang bagus untuk terbang, tapi kalau sendiri membuka tidak mungkin perlu dukungan dari bermcam kalangan dan instansi," ungkapnya.

Selain spot terbang, olahraga ini juga tergolong mahal. Harga satu paralayang bisa mencapai Rp 50 juta dan paramotor mencapai Rp 100 juta. Membutuhkan parasut bagi paralayang sedangkan paramotor sebuah mesin berbaling-baling yang menempel di belakang pilot di tambah parasut.

“Memang agak mahal. Namun jangan patah semangat, kita berbagi peralatan. Bisa digunakan yang mau belajar olahraga ini. Untuk siswa sekolah saya sudah ada alat, dan Pemkab juga banyak bantu. Nanti saya usahakan minta lagi ke Pemkab kalau sudah banyak siswanya," katanya.

Saat ini, Daniel memiliki 6 siswa paralayang, sedangkan untuk paramotor 4 siswa. Khusus siswa paramotor seluruhnya orang Ngawi, sudah terbang dan bersertifikat lisensi. Bahkan, lanjut dia, ada siswa yang diterima di STPDN Karena memiliki sertifikat keahlian khusus dan lisensi paramotor dan paralayang.

"Untuk bisa mendapatkan sertifikat paralayang syaratnya harus mengantongi minimal 40 jam terbang di 3 tempat berbeda, sedangkan untuk paramotor minimal sudah terbang selama 100 jam," pungkasnya. (ant/sat)

Post a Comment

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال