Jakarta, IMC - Setelah tanah
longsor di Salem, Banjir di Brebes dan Losari, terjadi juga bencana tanah
bergerak di desa Rajawetan Kecamatan Tonjong Brebes. Pergerakan tanah di Desa
Rajawetan, sebenarnya sudah terjadi sejak Rabu malam (21/2) silam. Namun belum
mendapat penanganan khusus waktu itu karena tidak menimbulkan korban jiwa hanya
mengakibatkan 39 rumah rusak.
“Saya
sudah mendapat laporan tentang bencana tanah bergerak ini dari Pak Camat,
tetapi baru sempat meninjau karena keterbatasan waktu dan kesempatan,” tutur
Bupati Brebes Hj Idza Priyanti, SE., MH saat berbincang dengan warga Rajawaten di
balai desa setempat, Kamis (1/3) malam lalu.
Dia
menuturkan, kalau bencana banjir dan tanah longsor cukup menyita waktu untuk
peninjauan dan melakukan berbagai proses pemulihan. “Alhamdulillah kita bisa
berjumpa disini ya…. Ibu Bupati mohon maaf,” tuturnya kepada puluhan warga yang
memadati kantor Balai Desa Rajawetan.
Karena
keterbatasan waktu, Bupati beserta rombongan hanya melihat-lihat rumah yang
rusak dan kondisi infrastruktur jalan hancur.
“Insya
Allah, Jumat Saya ke sini lagi,” janji Bupati.
Camat
Tonjong Sumarno menceritakan, peristiwa tanah bergerak di desa Rajawetan didahului
hujan lebat sepanjang sore hingga malam. Tanah bergerak, setiap diguyur hujan,
akibatnya rumah-rumah wargapun pondasinya ikut bergeser dan banyak yang ambruk
dan dibiarkan kosong.
“Warga
dengan sendirinya mengungsi ke tetangga dan kerabat di posisi yang aman,”
terangnya.
Pedukuhan
yang tanahnya bergerak yakni Dukuh Rajawetan I, Dukuh Gembor dan Dukuh
Wanayasa.
Pagi
harinya, Jumat (2/3) Bupati memberikan bantuan sembako dan mendatangkan ahli
geologi untuk melakukan pengkajian lebih mendalam. Keputusan tentang perlu
tidaknya relokasi, menunggu hasil kajian akhir dari Tim ahli geologi.
Kades
Rajawetan Ruswoyo berharap penanganan tanah bergerak tidak terlalu lama, karena
warga masyarakat setiap malam siskamling karena tidak tenang. “Setiap malam
warga tidak tidur untuk menjaga kemungkinan yang tidak diinginkan,” tuturnya. (wasdiun)