Luka di Pintu Surga, Buah Cinta dan Permenungan





Lembata | NTT, IMC- Komunitas Baca Tulis Pondok Perubahan menggelar acara parede puisi perempuan dan bedah buku Luka di Pintu Surga karya Patricia Menge, S.Pd. di aula kantor camat Nubatukan Rabu, 27 Desember 2017. 

Luka di pintu surga, karya Patricia Menge, S.Pd berisi buah cinta lahir dari sebuah permenungan sebagai khazanah panggilan atas sebuah refleksi pribadi, akan kisah-kisah cinta adat budaya Lamaholot. 

Kegiatan Bedah buku menghadirkan Pembicara Emanuel P. Krova, M.Si (Tinjauan Kesusastraan), Paul Sinakay, M. Si.
(Tinjauan Antropologi) serta Ansel Bahy, MSi (Kajian terkait Literasi), dengan pemandu acara Elias K. Making dan Korvandus Sakeng. 

Sebelum Acara Bedah Buku Luka di Pintu Surga, acara di isi dengan Parade Puisi dari perempuan-perempuan Lembata antara lain, Reineldis Wayan, Lidia Tokan, dan Mila Lolong. 

Fredy Wahon penggagas pondok perubahan yang melahirkan komunitas Baca Tulis yang juga Penyelenggara Kegiatan Bedah Buku Luka di Pintu Surga dalam sambutannya sangat berterima kasih atas terselenggaranya kegiatan bedah buku ini, karena kegiatan ini sejalan dengan gerakan literasi yang sedang berjalan di Lembata, tegasnya. 

Wakil Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday dalam sambutan sekaligus membuka kegiatan bedah buku Luka di Pintu Surga mengatakan, Merasa bangga dengan perempuan-perempuan Lembata.

 "Perempuan Lembata Hebat, dari rahim perempuan tidak hanya melahirkan anak manusia saja, namun melahirkan buku-buku, dan itulah kejujuran dalam menulis. 

Dalam sambutannya, Wakil Bupati Thomas Ola Langoday juga mengatakan, "Lembata saat ini sedang genjar dengan Literasi, Saya punya kerinduan akan menjadikan buku sebagai ole-ole ketika wisatawan berkunjung ke Lembata, tegasnya. 

Budaya menjadi sangat penting dalam memotivasi dan mempengaruhi Penulis dalam menulis sebuah karya, termasuk buku, ungkap Paulus Sinakay, M. Si dalam membedah Buku Luka di Pintu Surga. 


Ket. Foto: Kegiatan Bedah Buku Luka Di Pintu Surga. 
Foto (Emanuel Bataona) 


Paulus menambahkan, perlu adanya prinsip-prinsip dalam menulis buku, seperti prinsip restorasi, negasi. Banyak hal yang perlu di tulis tentang sejarah agar tidak menjadi kabur.

Dari sisi kesusatraan, Emanuel P.
Krova, M.Si menjelaskan Sejarah peradaban sudah mengenal Sastra termasuk buku, hakekat dari karya sastra adalah dialektika, "Kita tidak perlu memperdebatkan karya sastra, sebab karya sastra hadir untuk dinikmati. 

"Yang membuat karya itu menjadi karya sastra adalah Sastra tidak lekang oleh waktu, Yang di cari dari karya sastra bukan kelembutan dan keindahan kata, tetapi maknanya, sastra terbangun dari relasi dan tidak berhenti pada hubungan sebab akibat, Sastra dalam konteks karya sastra sifatnya universal dan hidup di setiap generasi, tegasnya. 


Post a Comment

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال