Banda Aceh, (pewarta) - Syarat paling utama suatu amalan diterima di sisi Allah adalah ikhlas. Tanpanya, amalan seseorang akan sia-sia belaka. Syaitan tidak henti-hentinya memalingkan manusia, menjauhkan mereka dari keikhlasan. Salah satunya adala melalui pintu riya yang banyak tidak disadari setiap hamba.
Allah SWT memerintah kita umat Islam untuk melakukan amal ibadah kepada-Nya dengan salah satu syarat paling utama suatu amalan diterima itu di sisi Allah adalah adanya keikhlasan. Tanpanya, amalan seseorang akan sia-sia belaka, bahkan ditolak.
Karenanya, setan juga terus berusaha tidak henti-hentinya memalingkan manusia, menjauhkan ibadah yang mereka lakukan dari keikhlasan. Salah satunya adala melalui pintu riya yang banyak tidak disadari setiap hamba, yaitu melakukan suatu amalan agar orang lain bisa melihatnya kemudian memuji dirinya.
Termasuk ke dalam riya yaitu sum’ah, yakni melakukan suatu amalan agar orang lain mendengar apa yang kita lakukan, sehinga pujian dan ketenaran pun datang. Juga jika kita merasa ujub atau bangga dengan suatu amalan yang kita lakukan, meski orang lain tidak melihatnya sehingga kita merasa lebih baik dan saleh dari orang lain.
Untuk itu, disebababkan riya dan semua derivatnya merupakan perbuatan dosa dan sifat orang-orang munafik, karenanya kita umat Islam harus mampu membentengi dan melindungi setiap amalan yang dilakukan dari riya, dengan menghidupkan sikap tasawuf yaitu merasa rendah hati, takut amal tidak diterima dan hanya selalu berharap kepada Allah untuk memberikan kasih sayangnya.
Yang dimaksud riya adalah melakukan suatu amalan agar orang lain bisa melihatnya kemudian memuji dirinya. Termasuk ke dalam riya yaitu sum’ah, yakni melakukan suatu amalan agar orang lain mendengar apa yang kita lakukan, sehinga pujian dan ketenaran pun datang tenar. Riya dan semua derivatnya merupakan perbuatan dosa dan merupakan sifat orang-orang munafik.
Hukum Riya
Riya ada dua jenis. Jenis yang pertama hukumnya syirik akbar. Hal ini terjadi jika sesorang melakukan seluruh amalnya agar dilihat manusia, dan tidak sedikit pun mengharap wajah Allah. Dia bermaksud bisa bebas hidup bersama kaum muslimin, menjaga darah dan hartanya. Inilah riya yang dimiliki oleh orang-orang munafik.
Allah berfirman tentang keadaan mereka (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka . Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali” (QS. An Nisaa’:142).
Adapun yang kedua adalah riya yang terkadang menimpa orang yang beriman. Sikap riya’ ini terjadang muncul dalam sebagian amal. Seseorang beramal karena Allah dan juga diniatkan untuk selain Allah. Riya jenis seperti ini merupakan perbuatan syirik asghar.
Setan memang selalu menghiasi ibadah kita kepada Allah dengan rasa bangga dengan manusia, senang dipuji. Bahkan, orang alim dan saleh pun terkadang ikut terkena penyakit riya jika tidak cepat-cepat menyadarinya.
Riya itu dapat menggugurkan pahala amal sekaligus merusaknya dan mendatangkan kemurkaan Allah, maka harus ada usaha yang serius untuk menghilangkannya.
(Rachmad Yuliadi Nasir pewarta - indonesia.net)