No title


Dongkrek Madiun
 Rabu, 28 September 2016

Pewarta-Madiun.com, Madiun - Nama Dongkrek sendiri berasal dari ‘Dong’ yang merupakan bunyi bedug dan ‘Krek’ bunyi yang dihasilkan alat musik Korek. Dongkrek juga singkatan dari Donganing Kawula Rakyat Inggala Kasarasan. (Doa agar semua orang diberi keselamatan). Dongkrek lahir di Mejoyo (Sekarang Mejayan), Caruban, Madiun, pada tahun 1867. Pertunjukan ini menggunakan topeng dan barongan.

Dahulu kala, di Desa Mejayan, terdapat sebuah penyakit aneh dan mengerikan yang dinamakan pageblug atau pageblug mayangkara. Jika seseorang terkena penyakit ini di siang hari, maka ia akan mati di sore hari, dan bila terkena saat sore hari, maka pagi harinya akan mati. Karena wabah tersebut dalam satu keluarga, tujuh orang bisa meninggal dalam kurun waktu nan singkat. Hal ini pun membuat resah semua warga.

Raden Ngabehilo Prawirodipuro sebagai pawang Mejayan pun berusaha mengusir pageblug tersebut. Ia menemui ayahnya yang bernama Prawirodipuro, meminta bantuan atas penyakit itu. Sang Ayah menyuruh Raden Ngabehilo Prawirodipuro untuk Nyepi. Memenuhi usulan ayah, ia pergi Nyepi ditemani Abdi Pinasihnya, yaitu Rara Ayu dan Rara Perot.

Akan tetapi, Nyepi itu diganggu oleh empat genderuwo yang digambarkan dengan topeng empat warna atau empat napsu; amarah (merah), aluamah (hitam), supiah (hijau), dan mutmainah (putih). Saat itu datanglah cahaya putih yang berubah menjadi orang tua (Eyang Palang) membawa cemeti dan janur kuning. Raden Ngabehilo menggunakan benda itu untuk melawan genderuwo yang akhirnya kalah dan tunduk. Genderuwo pun membantu Raden Ngabehilo menyembuhkan pageblug dengan cara mengitari Desa Mejayan.

Sejatinya, empat wujud genderuwo merupakan gambaran empat napsu dalam diri manusia. Jika berhasil mengalahkan napsunya maka akan menjadi manusia yang baik, begitu pula sebaliknya.Alat musik seni tradisi Dongkrek yang utama ialah bedug dan korek. Bedug sebagai simbol kekuatan Eyang Palang dan Korek sebagai pembersih segala kotoran. Di zaman globalisasi ini, fungsi dongkrek sudah bergeser dari ritual menjadi perayaan yang dipertontonkan untuk masyarakat umum. Salah satunya ialah Paguyuban Dongkrek Kridosakti yang berdiri sejak 1983 dan kini bermarkas di rumah Alm. Bpk. Doerokim selaku pemrakarsa Dongkrek yang beralamat di Jl. Paridopuran, Mejayan, Madiun. Namun, ada pula yang mengembangkan Dongkrek tanpa topeng dan menambah beberapa gerakannya, tentunya dengan tidak meninggalkan wujud Dongkrek induknya.


 Edit : pewarta sat
 

Post a Comment

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال