Malang,
IMC---
Laman, petani sayur brongkol yang ditemui di kebun sayurnya yang
berada di jalan Telaga Warna, Tlogomas, tepatnya berada di belakang Kampus Universitas
Tribuwana Tunggadewi Malang, Rabu (12/7/2017) kemarin sore, sekitar pukul 16.30
WIB, mengeluhkan bahwa sejak tahun 2006 dirinya telah memulai usaha dengan
menekuni sebagai petani sayur, dirinya tidak pernah sama sekali mendapatkan bantuan
dari Pemerintah setempat melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan Kota Malang
berupa pupuk, bibit sayur, obat, dan dana. Akibat tidak mendapatkan bantuan
dari pemerintah setempat, usahanya sebagai petani sayur brongkol tidak
berkembang dan malahan semakin berjalan di tempat atau stagnan.
“Saya tidak dapat bantuan apa-apa dari pemerintah.
Saya kesal juga, kenapa pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian dan Perkebunan
Kota Malang, tidak mencari tahu supaya bisa memberikan bantuan berupa bibit
sayur, pupuk, obat, dan dana,” katanya berkeluh-kesah, ketika memulai
percakapan dengan wartawan di kebun sayurnya.
Dikatakannya, setiap instansi pemerintahan tentunya
mempunyai anggaran dana untuk petani miskin yang berpenghasilan kecil. Dan seharusnya,
dengan anggaran yang dianggarkan untuk membantu petani kecil seperti dirinya,
semestinya Dinas Pertanian dan Perkebunan Kota Malang melalui Petugas Penyuluh
Lapangan (PPL) harusnya turun ke lapangan untuk mencari tahu dan mendata setiap
petani tersebut. Sehingga dana yang telah dianggarkan oleh Pemerintah Pusat
itu, boleh tersalurkan tepat sasaran. Bukannya menanti laporan dan menerima
pengaduan dari balik meja.
“Harus turunkan PPL ke lapangan untuk cari tahu,
petani-petani siapa yang kurang beruntung. Supaya dengan dana yang ada itu,
bisa dibagikan. Menjadi pemimpin itu kan harus melayani. Bukannya melayani di
balik meja. Pemimpin harus turun ke lapangan,” tegasnya memberi saran.
“Sayur brongkol ini, tiap dua bulan sekali saya panen.
Hasil panenannya itu langsung dibeli para juragan atau pemborok yang datang
langsung ke kebun sayur ini. Tapi, usaha sayur saya ini hanya berjalan di
tempat. Usaha saya ini tidak mendatangkan keuntungan sama sekali,” ungkapnya
kesal dengan ekspresi sedih, sambil menyeka lelehan keringat yang membujur di
bajunya.
Ditanya, kenapa usaha Anda tidak mendatangkan
keuntungan?
Sambil memegang pacul dengan desahan napas
naik-turun sehabis mencabut rumput di kebun sayurnya, Laman yang kini berusia
65 tahun itu, menjawab bahwa karena serangan hama dan penyakit sebagai
penyebabnya sehingga menyebabkan usahanya selama ini hanya sia-sia belaka. Dan
selain serangan hama dan penyakit, sayurnya itu tidak pernah diberi pupuk
karena ketiadaan dana. Akhirnya Laman hanya menatap usahanya itu dengan tatapan
kosong yang dibalut penyesalan karena tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah
setempat.
Sesuai pantauan wartawan di lapangan menyebutkan,
benar adanya bahwa tanaman sayur brongkol yang ditanam Laman di kebun sayurnya
itu, memang kurang terpelihara dengan baik karena kekurangan pupuk, obat, dan kurang
disemprot. Sehingga mengundang hama dan penyakit lainnya untuk terus bertengger
di kebun sayurnya. Dan juga dengan ketiadaan air, akhirnya menyulitkan Laman
untuk berkembang bersama usaha sayurnya itu. (Felix)