SEAFAST Center IPB University Ajak Mahasiswa Kenali Industri Alga Spirulina




Jakarta, IMC-
SEAFAST Center Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University dan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP) Fakultas Teknologi Pertanian bekerja sama dengan PT Algaepark Indonesia Mandiri menggelar Webinar Seri 2 “Alga Spirulina: Jaminan Mutu Produksi dan Manfaatnya untuk Kesehatan” secara daring, (19/11/2022).


Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang didesain oleh IPB University bersama mitra industri untuk mendukung program Matching Fund Kedai Reka dan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Tema ini juga diangkat demi pengembangan wawasan mahasiswa tentang DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri) terutama untuk komoditas spirulina.



“Kesempatan ini sangat baik bagi dunia usaha dan industri untuk dapat mengenal dunia kampus. Di saat yang bersamaan, sivitas akademika yang terlibat dapat mengenal lebih baik terkait masalah dan tantangan di dunia industri,” ungkap Dr Eko Hari Purnomo, Ketua Departemen ITP IPB University.

Pembicara pertama dalam webinar ini adalah Ir Sutrisno Koswara, MS, Dosen IPB University dari Departemen ITP. Ia menjelaskan terkait penerapan teknik pengambilan contoh untuk mendukung sistem keamanan pangan produk alga spirulina.
Menurutnya, terdapat dua acuan untuk pengambilan contoh alga spirulina di dunia industri pangan maupun farmasi. Acuan ini adalah SNI 19-0428-1998 tentang pengambilan contoh padatan dan SNI 19-0428-1989 tentang pengambilan contoh cairan dan semi padat.

“Pengambilan contoh alga spirulina sudah cukup mengacu kepada dua SNI ini, yang terpenting samplingnya dapat mewakili lot, baik yang berbentuk curah maupun terkemas,” jelasnya.



Ia menambahkan, petugas pengambil contoh harus memiliki akses penuh kepada semua unit penyusun suatu lot sehingga dapat diidentifikasi dan berpeluang sama untuk terpilih sebagai contoh. Metode pengambilan contoh yang dapat digunakan di antaranya cross check, sampling berbasis teori statistik, maupun tidak berbasis statistik.
Selain teknik pengambilan contoh, para peserta mendapatkan materi terkait pengembangan metode analisis kontaminan mikrosistin pada produk alga spirulina.

“Dalam teknik kultivasi spirulina, baik semi tertutup maupun terbuka, memiliki kemungkinan untuk terkontaminasi mikroalga lain penghasil toksin yaitu mikrosistin. Cemaran ini dapat menjadi kendala untuk ekspor sehingga perlu pengembangan protokol pengujian kadar mikrosistin untuk menjamin keamanan pangannya,” ujar Prof Didah N Faridah, Dosen IPB University dari Departemen ITP.

Menurutnya, kadar mikrosistin dalam produk spirulina sangat krusial sebagai penentu kualitas spirulina dalam perdagangan global. Solusinya, perlu metode pengujian kadar mikrosistin yang tervalidasi. Selain itu diperlukan sistem jaminan pangan bagi produk alga spirulina.
“Pengembangan metode pengujian mikrosistin bisa berdasarkan biokimia dengan metode ELISA (Enzyme-linked Immunosorbent Assay) maupun Protein Phosphatase Enzyme Inhibition (PPI Assay). Atau berdasarkan kimia dengan metode HPLC (High Performance Liquid Chromatography) maupun LC MS (Liquid Chromatography Mass Spectrophotometry),” lanjutnya.

Dr Alvita Indraswari, Materials & Scientific Communication Manager PT Algaepark Indonesia Mandiri membeberkan bahwa manfaat alga spirulina umumnya ditujukan untuk mengatasi penyakit tidak menular. Spirulina dapat berfungsi sebagai antikanker dan antioksidan yang dapat menguatkan sistem imun. Di samping itu dapat menstabilkan gula darah hingga menjadi anti aging dan detoksifikasi kulit. (MW/Zul/Rsh)

Post a Comment

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال