Jakarta, IMC- Festival Film Pelajar yang pernah rutin diselenggarakan Se¬kretariat Nasional Kine Klub Indonesia (SENAKKI) sejak 2009, dihidupkan lagi setelah terakhir berlangsung tahun 2017. Tahun 2022 ini festival bertajuk Millennial Student Film Festival, puncak acaranya Senin, 26 September 2022, di Gedung Pusat Perfilman H Usmar Ismail, Kuningan, Jakarta.
Sedikitnya 15 Komunitas
Film berkolaborasi pada acara Awarding Show, menyertai pemberian penghargaan
Kine Klub Indonesia kepada 10 Film Karya Pelajar Terpilih, 10 Komunitas Film
Pelajar, dan 10 Pembina Komunitas Film Pelajar.
Selain pemutaran film-film pelajar dan pameran kegiatan komunitas film
pelajar di lobby, di Cinema Hall berlangsung pentas karya kreatif para pelajar,
di antaranya Konser Orkestra membawakan lagu-lagu sound¬track, berbagai tarian,
atraksi Teater Topeng Silat, Operet Roro Jonggrang, Jaipong Su-griwo-Subali, juga ada selebrasi Drumband. Semuanya oleh
para pelajar tingkat SMA dan SMK.
“Kegiatan ini memenuhi
harapan Komunitas Film Pelajar untuk mempunyai ruang berekspresi dan
berkreasi,” kata Akhlis Suryapati, Ketua Umum Sekretariat Nasional Kine Klub
Indonesia yang juga Kepala Sinematek dalam keterangan tertulis yang diterima
mdia ini, Minggu ( 25/9/2022 ).
“Lebih sepuluh tahun lalu
Senakki menyelenggarakan, meniru-niru Gerakan Pop Japan Culture dan K-Pop Korea
yang mewabah di Indonesia. Agar ada sedikit tersisa kegiatan serupa dengan
nuansa budaya Indonesia, maka Senakki menyelenggarakan, agar tidak semua pelajar
menjadi konsumen Jepang dan Korea.” Imbuhnya.
Menurut Akhlis Suryapati,
pelajar-pelajar peminat film di SMK dan SMA menyampaikan kerinduannya agar bisa
seperti kakak-kakaknya terdahulu yang punya kegiatan perfilman dengan berbagai
variasinya.
“Mereka kan melihat ada
foto-foto, sertifikat, piagam, piala-piala, di sekolah mereka. Lalu mereka
mengharapkan pengalaman serupa,”
katanya.
“Pengembangan kegiatan
perfilman dengan menyertakan elemen-elemen kreatif lainnya, sejak 20 tahun lalu
dilakukan berbagai negara, yang sukses di Indonesia ya Jepang dan Korea itu.
Lha wong memang menjadi bagian dari strategi negara melakukan invasi
kebudayaan.” bebernya.
Di Indonesia, menurut
Akhlis Suryapati, kegiatan semacam ini diabaikan, bahkan dimatikan oleh
pemerintah. “Lha wong 20 tahun lalu itu sudah sering saya obrolkan ke
Pemerintah. Baru tahun 2009 Senakki bikin sendiri, setelah itu selama empat
tahun berikutnya mendapat dukungan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Perfilman waktu itu memang di bawah Budpar,” tutur Akhlis Suryaapti.
“Saya sih dengar-dengar,
pemerintah punya agenda memfasilitasi Festival Film Pelajar semacam ini, namun
diberikan kepada siapa dan kayak apa kegiatannya, saya kurang tahu.
Kalau ini jelasnya, kan
pekerjaan Senakki yang terhenti selama empat tahun, ya karena Pandemi
Covid-19 ya karena tidak punya duit.
“ Alhamdulillah, tahun ini
bisa terwujud lagi. Ada dukungan dari Kemendikbud , Sinematek, juga dari
pengelola Gedung Pusat Perfilman H Usmar Ismail. Selebihnya, para pelajar
itulah yang semangat berkeringat demi terlaksananya kegiatan ini.” tandasnya. (
RSH/ Zer )