Bogor, IMC - IPB University mendapat kunjungan dari Anggota Badan Akuntabilitas Keuangan Negara Dewan Perwakilan Rakyat (BAKN DPR) RI. Tim dari BAKN DPR RI diterima secara resmi oleh Rektor IPB University, Prof Arif Satria. Kunjungan diterima di Gedung EDTC, Kampus IPB Baranangsiang, Bogor, 21/6.
Rektor IPB University, Prof Arif Satria menyampaikan, merupakan suatu kebanggaan bagi IPB University karena terus dipercaya untuk memberi kontribusi pemikiran sebagai dukungan pengayaan, baik dari sisi fakta ataupun data. Hal itu agar dijadikan sebagai dasar formulasi dalam membuat kebijakan dalam hal perspektif tembakau.
Prof Arif berharap, aspirasi yang dihimpun dapat mendukung kepentingan petani. Pasalnya, tembakau tidak lepas dari aspek hulu, kata dia. “Bicara tembakau bukan hanya urusan rokok. Akan tetapi lebih penting dari itu. Dari sisi inovasi, tembakau memiliki potensi besar untuk bioenergi. Jadi soal tembakau tidak lepas dari inovasi penting,” ucapnya.
Lebih lanjut Prof Arif menjelaskan, saat ini arah riset yang menjadi fokus IPB University diantaranya mengarah pada penelitian biomaterial. Ada banyak hal yang dapat digali dari biomaterial. “Kulit udang dapat dijadikan pelapis anti radar, inovasi gula dari kulit singkong, gula dari limbah sawit. Bahan baju sekarang tidak harus dari kapas. Dengan inovasi, bahan baju bisa berasal dari rumput laut,” tambahnya.
Ketua BAKN DPR RI, H Wahyu Sanjaya, SE dari Fraksi Demokrat menerangkan, kunjungannya ke IPB University dalam rangka ingin mendapat masukan dari akademisi terkait pengelolaan cukai hasil tembakau. Hal serupa disampaikan oleh Mukhamad Misbakhun, SE, MH, Anggota BAKN DPR RI Fraksi Golkar. Ia katakan, selain untuk mendapat masukan dari para ahli, kunjungan ini juga dalam rangka mempelajari berbagai aspek pertembakauan. Diantaranya yang menyangkut perkebunan, pertanian juga dari sisi penerimaan negara dan industri.
Sumbangan pemikiran turut disampaikan para pakar IPB University. Diantaranya Prof Suryo Wiyono, Pelaksana Tugas (Plt) Dekan Fakultas Pertanian IPB University, yang juga Ketua Gerakan Petani Nusantara. Dalam kesempatan itu Prof Suryo menjelaskan proses yang terjadi di hulu mulai tanaman tembakau, varietas dan keadaan petani tembakau.
Ia memaparkan, “Tembakau merupakan salah satu komoditas yang memiliki kontribusi besar terhadap pemasukan negara. Pola budidaya tembakau telah berlangsung sangat lama di Indonesia dan mengalami tantangan tersendiri jika harus dikonversi ke komoditas pertanian lain. Petani tembakau selalu menjadi pihak yang dikorbankan selama ini karena pada saat yang sama tembakau diharapkan sebagai sumber pemasukan melalui cukai tetapi juga di marjinalisasi karena produknya memiliki dampak buruk bagi kesehatan. Tembakau merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki biomasa tinggi sehingga memungkinkan untuk dikembangkan menjadi produk-produk lain selain rokok.”
Di sisi lain, Dr Harianto dari Departemen Agribisnis IPB University menerangkan aspek ekonomi dari komoditas tembakau, industri tembakau, termasuk dibahas terkait pajak dan cukai industri rokok Indonesia yang masih relatif rendah dibandingkan di banyak negara. “Produksi tembakau ini hampir 98 persennya dihasilkan oleh petani dan memiliki sentra produksi di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Barat. Tembakau termasuk barang normal sehingga ketika terjadi kenaikan pendapatan maka permintaan terhadap produk sigaret juga meningkat. Penetapan kenaikan cukai tembakau perlu dilakukan dengan cermat. Hal ini karena tembakau memiliki struktur pasar oligopoli dan petani tembakau yang cukup banyak akan terkena dampak ini meskipun terjadi penurunan terhadap surplus konsumen tembakau,” jelasnya.
Prima Gandi, SP, Msi, Dosen Manajemen Agribisnis Sekolah Vokasi IPB University juga menyampaikan perkembangan hasil riset yang telah dilakukan IPB University. “Kami bersama Asosiasi Petani Tembakau (APTI) melakukan kajian kemitraan petani tembakau di beberapa wilayah seperti di Rembang, Jember, Wonogiri. Selain itu, kami juga melakukan kajian mengenai permintaan bahan essence untuk hasil turunan tembakau. Saat ini kami sedang finalisasi hasil riset melalui laporan, jurnal, dan artikel populer. Kami siap untuk memberikan masukan dari hasil riset kami untuk memperkuat kajian cukai hasil tembakau bagi DPR RI,” ujarnya.
Selain Prof Suryo Wiyono, Dr Harianto dan Prima Gandi, pada diskusi ini, Direktorat Publikasi Ilmiah dan Informasi Strategis (DPIS) IPB University juga menghadirkan para pakar IPB University lainnya yaitu Dr Eva Anggraini (Pakar Ekonomi Sumberdaya) dan Dr Alfian Helmi (Pakar Tata Kelola Sumberdaya Alam).
Secara lengkap, tim dari BAKN DPR RI yang hadir dalam kunjungan ini diantaranya Ketua BAKN, Wahyu Sanjaya, SE, Prof Dr Hendrawan Supratikno, Wakil Ketua BAKN DPR RI Fraksi PDIP, Dr Anis Byarwati, Wakil Ketua BAKN DPR RI Fraksi PKS. Dan beberapa anggota BAKN DPR RI dari berbagai fraksi. Diantaranya Irwan Ardi Hasman Fraksi Gerindra, Bachrudin Nasori, MM Fraksi PKB, H Mukhamad Misbakhun, SE, MH Fraksi Golkar, Amir Uskara, M Kes Fraksi PPP serta Mardi Harja sebagai Perwakilan Sekretariat BAKN. (dh/Rz)