Kaspudin Nor, Bakal Calon Wakil Presiden 2019



Jakarta, IMC – Jelang belangsungnya pesta demokrasi, baik pilkada serentak 2018 maupun pilpres dan pileg 2019 mendatang, kini kian santer bermunculan tokoh politk baik pendatang baru maupun wajah lama yang menghiasi beranda media.

Pertarungan dalam lingkaran politik bukanlah hal yang mudah dan murah. Untuk dapat terlibat dalam ajang pesta demokrasi butuh perjuangan yang tidak ringan.

Sosok dan figure yang merakyat dan ikhlas memperjuangkan harkat dan martabat bangsa merupakan bagian dari harapan rakyat Indonesia.


Indonesia butuh pemimpin yang selaras antara ucapan dan perbuatan. Fenomena teknologi informasi mengubah pola pikir dan sikap masyarakat Indonesia. Kini masyarakat Indonesia dapat dengan mudah memperoleh informasi hanya dengan sebuah telepon pintar.

Selain itu, hak memperoleh dan menyampaikan informasi masyarakat telah dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945. Sesuai dengan pasal 28F UUD 1945, bahwa setiap orang berhak untuk berkomuniasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.


Media sosial merupakan saluran yang paling banyak digunakan oleh masyarakat baik dalam memperoleh maupun meyebarkan informasi yang ada.

Melihat fenomena tersebut di atas, kini seoarang pengacara yang cukup berperan dalam memperjuangkan hak-hak rakyat kecil sejak reformasi 1998 lalu  akan mengambil bagian dalam ajang pesta domokrasi Indonesia, tepatnya dalam Pilpres 2019 mendatang.

Dengan menggunakan saluran media yang ada, Kaspudin Nor yang lahir di Jakarta Utara, tepatnya pada tanggal 20 Agustus 1964 mencoba lebih mendekatkan diri pada masyarakat Indonesia. 


Pria sederhana yang juga mantan anggota Komisi Kejaksaan RI ini, pada masa kecil dipanggil sehari- hari dengan "Fudin" atau "Udin" sudah yatim sejak usianya yang masih balita.

Sarjana hukum dari Fakultas Hukum Universitas Ibnu Chaldun Jakarta ini, sejak usia 4 tahun berjuang untuk bertahan hidup bersama kakak-kakaknya dalam kasih saying seorang ibu.

Untuk menghidupi seorang Kaspudin Nor dan beberapa kakaknya, Ibu Kaspudin mencari nafkah dengan berjualan pakaian bekas keliling kampung.

Dari hasil berjualan pakaian bekas itu, Kaspudin dan kakak-kakanya hidup dalam kondisi serba kekurangan.  Namun Ibu Kaspudin adalah sosok wanita yang kuat, tidak pernah mengeluh dan putus asa. Dengan hidup di bawah garis kemiskinan, akhirnya kakak-kakak Kaspudin tidak bisa mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi, bahkan mereka tidak sampai lulus tingkat SMP.


Keluarga Kaspudin kecil sangat memprihatinkan, kakak-kaknya hidup ikut saudara dari ayah dan ibunya. Kaspudin masa kecil hamper saja tidak bias sekolah karena kondisi ekonomi keluarga yang sulit dan ditinggal ayahnya sejak usia 4 tahun.

Kaspudin kecil hanya bisa memandangi dari kejauhan teman-teman sebaya nya yang dapat bersekolah dengan layak. Dalam hati kecil Kaspudin ingin bagaimana rasanya bersekolah, namun tidak ada biaya.

 

Baca juga : Inilah Sosok Cawapres 2019, Kaspudin Nor, SH., M.Si.

Meskipun hidup dalam serba kekurangan dan sebagai yatim, Kaspudin rajin mengikuti pengajian yang ada di dekat rumahnya dan kebetulan guru mengaji Kaspudin juga guru sekolah madrasahnya. 


Sebagai murid pengajian dan sebagai anak yatim, Kaspudin sangat pintar dan tahu diri. Dengan mengambil hati sang guru, Kaspudin menawarkan diri untuk mrmbawakan tas buku ajar sang guru yang kebetulan jika mengajar mengendarai sepeda jengki istilah jaman dahulu. Tawaran Kaspudin disambut dengan baik oleh sang guru. Gurunya senang, tas bukunya dibawakan oleh Kaspudin kecil yang akhirnya diboncengi sepeda. 

Kaspudin kecil membawakan tas buku dan memboncengkan gurunya dilakukan terus menerus. Sehingga timbu rasa iba dan empaty dari sang guru, yang akhirnya mengijinkan Kaspudin kecil untuk ikut masuk sekolah dengan konpensasi biaya setengah dari sekolah.


Kaspudin kecil akhirnya dapat mengenyam banku sekolah sekolah dasar (SD) pada usia 9 tahun. Pihak sekolah hanyak membebankan biaya setengah dari biaya regular karena pertimbangan Kaspudin kecil seorang anak yatim.

Kaspudin kecil, tergolong anak cerdas, sehingga ia bersama dua temannya mewakili sekolahnya dalam lomba cerdas cermat tingkat sekolah dasar. Alhasil, Kaspudin kecil bersama dua temannya meraih juara.

Setelah enam tahun menimba ilmu di bangku sekolah dasar, Kaspudin kecil kini masuk ke sekolah menengah pertama (SMP) negeri.

Kaspudin kecil, selain cerdas, ia sangat peka terhadap kondisi ekonomi Ibunya. Kaspudin mencoba berjuang untuk mendapatkan penghasilan agar dapat tetap melanjutkan sekolahnya.

Sejak SMP, Kaspudin kecil meminta kepda ibunya modal berupa ayam, burung dara dan kambing untuk ternak. Dari hasil ternak itulah Kaspudin dapat membiayai sekolahnya dan ikut membantu untuk keberlangsungan hidup bersama ibunya.


Kaspudin kecil hobi bermain bola, karena postur tubuhnya yang tinggi, maka Kaspudin kecil mendapat kepercayaan menjadi penjaga gawang. Dalam setiap pertandingan, gwang yang dijaga Kaspudin kecil tak pernah kebobolan.

Selain itu, Kaspudin kecil yang tinggal di pesisir pantai juga tidak ketinggalan dengan teman-temannya bermain perahu dan menangkap ikan. Dari hasil menangkap ikan dan mincing, Kaspudin membawanya pulang untuk disantap bersama keluarganya.

Salah satu kebiasaan aspudin kecil adalah membaca buku sejarah. Sejak duduk di bangku kelas 3 SMP, Kaspudin sudah senang membaca buku-buku pahlawan. Salah satu pahlwan yang menjadi idola Kaspudin Nor adalah sosok jenderal Sudirman.

 

Kaspudin Nor mulai belajar berorganisasi yang pertama kali bergabung dalam organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII). PII merupakan organisasi yang melahirkan tokoh-tokoh aktifis islam.

Selain itu, Kaspudin kecil juga senang menonton televisi. Karena orang tuanya tidak memiliki pesawat tv, maka Kaspudin kecil sering menonton tv di tetangga untuk menonton film seri Batman & Robin, Zorro, juga film detektif James Bond.

Saat itu telvisi baru ada TVRI, karena seringnya menonton pidato dan laporan para menteri di cabinet pembangunan, Kaspudin bahkan sering berkhayal suatu saat dapat menjadi pembantu presiden. Impin menjadi pembantu presiden bagi Kaspudin kecil bukan menjadi seorang menteri, namun hanya ingin menjadi pembantu secara riil seperti mencuci mobil presiden Soeharto.

Mimpi Kaspudin kecil menjadi sebuah kenyataan saat ia tumbuh dewasa membantu anak presiden Soekarno dalam pembelaan hukum demokrasi dan keadilan saat tahun1996-1997. Selain itu, Kaspudinmerasakan menjadi pembantu presiden Suslio Bambang Yudoyono (SBY) pada tahun 2011-2015 lalu dalam hal pengawasan pemantauan penilaian kinerja jaksa dan pegawai kejaksaan.

 

Setelah luus SMP, Kaspudin Nor melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri namun Kaspudin remaja yang hobi berorganisasi juga senang dengan dunia kesenian teater dan baca puisi bahkan juga pernah menjadi juara dalam perlombaan.

Pada tahun 1985 Kaspudin mengenyam pendidikan di fakultas hukum Universitas Ibnu Chaldun Jakarta. Kaspudin Nor aktif dalam resimen mahasiswa dalam organisasi kampus lainnya. 

Kaspudin Nor resmi mendapat gelar sarjana hokum (SH) dari kampus tersebut pada tahun 1990. Setelah menyandang gelar Sarjana Hukum, Kaspudin mulai menggeluti dunia advokat dan akademisi serta aktif dalam kegiatan-kegiatan rganisasi social, politik, hukum dan keagamaan di masyarakat. 

Bersambung…… (Lucky/red)


Post a Comment

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال