Brebes | Jawa Tengah, IMC - Budaya
tutur masih menjadi alasan klasik rendahnya minat baca di Indonesia. Papan
petunjuk misalnya, tidak menjadi acuan utama bagi musafir yang tetap saja
bertanya pada warga sekitar. Bahkan kehadiran gawai juga tidak berpengaruh
terhadap penurunan minat baca, karena masyarakat pengguna internet yang
menfungsikan sebagai alat baca tiga persen saja.
Demikian
disampaikan Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas RI Dra
Woro Titi Haryanti MA saat menyampaikan sambutan Safari Gerakan Nasional Pembudayaan
Kegemaran Membaca di Pendopo Brebes, Senin (19/2).
Woro
mengajak masyarakat Brebes untuk lebih gemar membaca ketimbang bertutur. Karena
kebermanfaatan dan penyerapan ilmunya lebih cepat dibandingkan dengan bertutur.
Untuk itu, dia menyarankan agar buku didekatkan dengan kehidupan masyarakat,
agar lebih bermanfaat.
Sayangnya,
perbandingan ketersediaan buku di.Indonesia 1 buku berbanding 15 ribu orang,
artinya satu buku dibaca oleh 15 ribu orang. “Padahal, Unesco idealnya 1 buku
untuk 2 orang,” ungkapnya.
Sebenarnya,
kata Woro, minat baca masyarakat Indonesia tidak rendah. Tetapi karena budaya
tutur, dan sedikitnya bahan bacaan serta terbatasnya tempat tempat ketersediaan
buku. Dia mengajak untuk memobilisasi pengetahuan, untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat.
Alangkah
indahnya ketika para pegiat mengagendakan pameran buku tahunan, temu penulis,
bedah buku dan berbagai kegiatan literasi lainnya. Adalah tugas bersama guna
meningkatkan minat baca.
Safari
minat baca mengusung tema Implementasi Revolusi Mental Melalui Mobilisasi Pengetahuan
Dalam Rangka Meningkatkan Indeks Literasi Masyarakat dibuka Bupati Brebes Idza
Priyanti SE MH.
Idza
mengaku baru ada 81 desa yang memiliki perpustakaan desa dari 297 desa dan
kelurahan se Kabupaten Brebes. Buku buku yang dimiliki oleh perpustakaan untuk
dimaksimalkan penggunaannya. Dia menyakini dengan peningkatan Sumber Daya
Manusia maka akan memperkuat pembangunan.
“SDM
yang mumpuni, berprestasi, akan menjadi generasi yang tidak nganggur dengan
demikian bisa menuntaskan kemiskinan,” harapnya.
Kepala
Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Brebes Tatag Koesadiyanto kalau
pihaknya telah gencar mencerdaskan masyarakat. Upaya menyelesaikan persoalan
pendidikan, salah lewat perpustakaan. Tatag juga membutuhkan koreksi
dari.masyarakat untuk perbaikan perpustakaan daerah Brebes agar bisa menyesuaikan
dengan selera generasi now.
Dalam
kesempatan tersebut diserahkan bantuan dari perpustakaan nasional berupa mobil
perpustakaan keliling. Mobil doble garden yang bisa menjangkau daerah
pegungunan tersebut juga telah diisi dengan buku, modem, genset, LCD,
proyektor, untuk dimanfaatkan masyarakat Brebes di segmen yang belum bisa terjangkau.
Dalam
kesempatan tersebut, turut hadir Wakil Ketua Komisi X DPRRI Abdullah Fikri
Faqih, wakil dari Perpustakaan Wilayah Jateng, Staf Ahli Bupati bidang SDM dan
Kesra, Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Brebes, ratusan pelajar, pengelola
perpustakaan, pengelola Taman Bacaan Masyarakat dan pegiat perpustakaan
lainnya. (wasdiun)