Jakarta, IMC - RPS_2019 adalah wadah perkumpulan para pejuang dan para aktivis
lintas zaman yang pembentukannya dengan tujuan berjuang mengusung Prabowo
Subianto sebagai Presiden 2019 menjawab nyanyian La Nyalla Mahmud Mattalitti
yang menyerang Prabowo dengan menyebut "Prabowo memalak La Nyalla",
para pengurus RPS menjawab kicauan La Nyalla yang dianggap telah menyerang
kehormatan dan nama besar Prabowo.
”Kami punya tanggung jawab moral terhadap figur Prabowo, kami
mengikuti dengan cermat perkembangan La Nyala menjadi bakal calon Gubernur Jawa
Timur dengan mengharap dukungan Gerindra yang memiliki kursi di DPRD Jawa Timur,”
kata Nizar.
Dukungan Gerindra untuk mengusung calon Gubernur di Jawa Timur
belu memenuhi syarat seperti yang telah ditentukan oleh undang-undang yaitu
minimal 20 kursi.
“Tetapi belum cukup seperti yang disyaratkan Undang-undang minimal
20 kursi, kemudian La Nyalla gagal karena tidak sanggup datangkan kursi
tambahan sesuai surat tugas yang diberikan Gerindra, hal ini menjadi booming di
medsos karena La Nyala menyatakan dirinya ‘dipalak’ oleh Prabowo Subianto, tapi
di ILC TV One pada Selasa, 16/1/2106 La Nyalla melalui suratnya menyatakan yang
palak bukan Prabowo tapi oknum dari Gerindra, urai Nizar, mantan Anggota DPR RI
tahun 2009-2014 ini,” beber sang cendikia yang sudah merasakan asam garam
penjara ini.
Pernyataan yang tidak konsisten tersebut, La Nyalla dianggap telah
dengan sengaja menyerang kehormatan dan nama besar Prabowo, “coba lihat bahasa ‘palak’,
itu bahasa yang tidak etis, itu bahasa preman. ‘Masa Prabowo dan ulama mau
mendukung preman jadi pemimpin daerah’? Tanya Nizar dengan nada tinggi.
“Di media juga ramai ditulis ‘Uang Mahar La Nyala untuk Prabowo’, ini
fitnah yang sungguh keji, pernyataan itu mengarah pada perbuatan melawan hukum.
Berita itu tidak sesuai kenyataan. Itu judul yang sangat bom bastis, kalian
dengar sendirikan, surat La Nyalla yang dibacakan dalam acara ILC TV One
tadi malam"? kata Nizar.
Di acara ILC TV One Karni Ilyas mengatakan La Nyalla akan hadir
untuk menjelaskan hal ini, tapi La Nyalla memilih tidak hadir, hanya mengirim
surat klarifikasi.
“Yang hadir ternyata tim La Nyalla yakni Faisal Assegaf yang cara
ngomongnya memalukan, tampaknya Faisal Assegaf tidak menguasai masalah, Tubagus
Danil Hidayat malah membeberkan oknum Gerindra, bukan Prabowo.
"Kemarin-kemarin mereka teriak Prabowo palak La Nyalla, tadi malam mereka
membelok, orang-orang yang tidak amanah dan tidak konsisten seperti itu apa
didukung para ulama"? Tandas Nizar.
Lebih jauh Nizar yang juga alumni HMI ini mengatakan, Tubagus
Danil Hidayat semalam menyatakan telah menerbitkan cek sebesar Rp 70 milyar
tetapi dananya belum ada, dananya ada tapi nanti bulan April. Berarti yang
diserahkan itu cek kosong, padahal cek itu surat berharga.
“Cek itu alat pembayaran sah yang dananya sudah siap di rekening
yang mengeluarkan cek itu. Ini sudah menyalahi undang-undang perbankan dan
Peraturan Bank Indonesia. Seharusnya yang diserahkan adalah Giro yang jatuh
tempo bulan April. Bukan cek kosong, kalau cek kosong itu kejahatan, masuk
kategori penipuan,’ tegasnya.
![]() |
Lusi Nurliana |
Gerindra, PAN, PKS adalah partai yang konsisten misalnya menolak
Perpu Ormas, aktif mengadvokasi para ulama yang terkena kasus hukum dan
lain-lain. Para ulama malah menghimbau umat untuk memilih ketiga partai tsb,
bukan menghimbau dukung La Nyalla.
“Para ulama tau kok, pak La Nyalla jangan asal ngarang. Kalau ada
ulama yang ikut mendukung La Nyalla itu pribadi ulama yangbersangkutan tapi
bukan membawa-bawa nama alumni 212,” kata Lusi.
Alumni 212 itu berjuang untuk umat dan bangsa, cara pandang ulama
212 adalah ke-Indonesiaan yang universal, bukan serpihan dan personal ke La
Nyalla.
“Siapa itu La Nyalla sampai alumni 212 harus mendukung? Saya yakin
para ulama mengenal sosok Prabowo, mereka tidak percaya begitu saja omongan La
Nyalla.” tandas perempuan asal Tegal Jawa Tengah, Pengurus Nasional RPS dan mantan
Caleg DPR tahun 2014 dari partai PPP ini. (syf/tim)