Bendera Terbalik di SEA Games 2017, Malaysia Lakukan Perang Asimetris


Jakarta, IMC - Terkait dengan insiden bendera Indonesia terbaik di majalah/brosur di event SEA Games 2017 di Malaysia, Ketua Umum Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI), Wilson Lalengke, M.Sc., MA., berpendapat bahwa dilihat dari sisi jurnalisme dan hubungan pergaulan internasional, apa yang terjadi atas simbol negara Indonesia Bendera Merah-Putih di Malaysia itu, bukan hanya sekedar human error atau kesalahan manusiawi belaka. 

"Ini merupakan kesengajaan yang masuk kategori pelecehan sebuah bangsa berdaulat dengan tujuan-tujuan tertentu," kata Alumni PPRA Lemhanas 2012 itu kepada IMC melalui WhatsApp Messenger, Minggu (20/8/17) siang.

Pria yang aktif dalam organisasi jurnalisme warga itu menambahkan, bahwa fenomena ini dapat diduga sebagai bagian dari perang asimetris, yang dilakukan dengan cerdik oleh pihak Malaysia terhadap Indonesia dan negara-negara sekawasan. 

"Cirinya adalah antara lain: menggunakan media massa untuk menyerang bangsa lain, memanfaatkan momentum yang tidak ada kaitannya dengan militer, dan sisi yang diserang nasionalisme dan patriotisme bangsa yang jadi sasarannya," jelasnya.

Wilson menyampaikan jika Indonesia diam, atau memaafkan begitu saja, maka kemenangan Malaysia dalam percaturan politik, sosial, budaya, ekonomi, dan militer di level dunia internasional, minimal di kawasan Asia Tenggara tinggal selangkah lagi mereka menang.


"Sangat sulit diterima akal sehat jika Malaysia hanya minta maaf dan mengatakan ini tidak sengaja, tidak bermaksud apa-apa. Pertama, urusan ceta-mencetak itu cukup panjang, tidak serta-merta sebuah barang cetakan dicetak, tapi pasti melalui beberapa tahapan pemeriksaan, revisi, editing, review lagi, dan seterusnya hingga finalisasi. Ada rangkaian panjang dalam proses cetaknya. Ada orang yang bertugas dan bertanggungjawab di setiap tahapan untuk memastikan tidak ada kesalahan apapun, dari soal tata letak, warna, kata/kalimat, hingga ke titik dan koma, semuanya diteliti. Kedua, event SEA Games itu bukan pertandingan antar kampung, tapi level internasional yang pasti diliput oleh media-media besar secara internasional dan beritanya mendunia, lintas batas negara dan bangsa, bahkan tersebar melintas generasi," tegas alumni Universitas Birmingham.

Menurut Wilson, insiden bendera terbalik di dalam brosur Sea Games Malaysia adalah sebuah kesengajaan.

"Jadi, dugaan saya, ini adalah sebuah kesengajaan, dirancang secara matang dan cerdik. Ini bagian dari peperangan antar bangsa, antar negara," katanya.

Wilson menjelaskan bahwa membalik bendera Indonesia di brosur ajang pesta olah raga Asia tersebut memiliki beberapa tujuan teknis di lapangan yang ingin dicapai antara lain:

1. Menciptakan atau memancing sentimen antar bangsa, khususnya Indonesia terhadap Malaysia. Besaran sentimen yang muncul akan dijadikan sebagai salah satu dasar mengukur seberapa kuat Indonesia dalam berbagai hal, terutama menyangkut rasa kebangsaan, patriotisme, cinta tanah air, nasionalisme, dan persatuan suku-suku bangsa yang ada di Indonesia.

2. Mengukur kecerdasan kolegial pemerintahan Jokowi-JK dalam menyikapi serangan mendadak ke jantung bangsa dan rakyat yang dipimpinnya. Ini adalah permainan politik internasional tingkat tinggi. Pemerintah mesti hati-hati merespon dan menyikapi serangan semacam ini. Dari informasi terbatas yang beredar, ada dugaan kuat bahwa fenomena ini tidak lepas dari persoalan yang melilit bangsa Indonesia belakangan ini, dari persoalan korupsi, doa-doa politis, hingga kasus Ahok dan Habib Rizieq. Rizieq diduga intens berkomunikasi dengan pihak-pihak tertentu di Malaysia.

3. Secara perlahan dan lembut, namun telak, tujuannya adalah mengacaukan ingatan dan mindset publik internasional tentang Indonesia. Di kalangan masyarakat Jepang, China, India, Thailand, Arab, Israel, Rusia dan banyak negara yang tidak menggunakan huruf Latin, sebuah negara hanya dapat dikenali dari simbol-simbol negara tersebut, yang salah satunya adalah benderanya. Bagi bangsa yang tidak paham baca-tulis huruf Latin, informasi di majalah atau brosur yang beredar di SEA Games itu bisa dimaknai sebagai negara Polandia, jadi yang berlaga bukan Indonesia. Seiring berjalannya waktu, bisa saja terbentuk mindset publik internasional tentang Indonesia yang berbendera putih merah. Jika itu berhasil, pecah-belah bangsa Indonesia akan lebih mudah dilakukan.

4. Menurunkan, bahkan meruntuhkkan moral peserta SEA Games dari Indonesia. Melalui kasus ini, langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada kondisi mental dan psikologis para atlit serta official Indonesia yang ikut berlaga di event ini.

5. Menarik perhatian dunia ke perhelatan akbar negara-negara Asia Tenggara itu. Secara ekonomi dan promosi wisata, Malaysia diuntungkan oleh kasus ini.

Terkait kejadian itu, Ketum PPWI menyampaiakn beberapa  saran yang dapat kita dorong untuk diwacanakan dan dilakukan oleh Indonesia, antara lain:
1. Memaksa Malaysia meminta maaf melalui berbagai saluran media massa, lokal dan nasional kedua negara Indonesia dan Malaysia, plus media besar internasional. Permohonan maaf Malaysia itu dilakukan setiap hari selama pelaksanaan SEA Games hingga 1 minggu pasca event. Tujuannya jelas, menjaga ingatan dan mindset publik internasional bahwa simbol negara Indonesia adalah Merah-Putih. Juga, sebagai pelajaran berharga bagi kedua bangsa dan bangsa-bangsa di dunia bahwa masalah penghormatan terhadap simbol negara lain adalah harga mati.

2. Pemerintah Malaysia wajib menarik semua barang cetakan dalam bentuk majalah, brosur, dll yang terlanjur beredar. Setelah terkumpul, dimusnahkan, disaksikan oleh pejabat kedua negara dan pihak independen. (syf)





Post a Comment

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال