Keduk Beji, Wisata Tradisi Tawun yang Sarat Akan Kearifan Lokal

Ngawi, (pewarta) – Warga Desa Tawun, Kecamatan Kasreman, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, gelar ritual budaya Keduk Beji. Acara ini dilaksanakan pada tanggal 4 Juli. Hadir juga di  acara ini Bupati Ngawi Ir.Budi Suistyono sertawakilnya Ony Anwar Harsono,S.T,M.H, Forpimda, Urspimda dan diramaikan oleh seniman Ngawi Biyung Cangik.

Warsito Kabid Pariwisata Kabupaten Ngawi  mengungkapkan saat diwawancarai oleh Pewarta bahwa Keduk Beji merupakan acara tahunan yang selalu berhasil menyedot wisatawan dan dapat dikatakan sebagai maskot Ngawi. Tahun ini Ngawi kehadiran turis Amerika bernama Macayla yang sangat gembira melihat budaya yang unik itu.  Maka dari itu untuk mendukung Ngawi Visit Year tempat ini sangat cocok  untuk menjadi salah satu ujung tombaknya.


Terkait Keduk Beji menurut Supomo tokoh masyarakat Desa Tawun menjelaskan, tradisi Keduk Beji selalu pada hari Selasa Kliwon bertepatan usai masa panen raya. Ritual itu digelar sebagai sarana penghormatan kepada Eyang Ludro Joyo atas sumber penghidupan Keduk Beji.

Prosesi upacara adat ini di awali ratusan warga Desa Tawun berkumpul di sumber berukuran 20 x 30 meter kemudian melakukan kecetan. Wakil Bupati Ony Anwar ikut terjun dalam kecetan ini. Ritual dimulai dengan melakukan pengerukan atau pembersihan kotoran dengan mengambil sampah dan daun-daun yang mengotori sumber mata air Beji yang berada di Desa Tawun.

Kemudian Supomo selaku sesepuh Desa Tawun selaku juru silep atau juru selam yang sudah dikenal ini mengatakan, upacara Keduk Beji ini, merupakan salah satu cara untuk melestarikan adat budaya penduduk Desa Tawun sejak jaman dulu. Tujuan utamanya adalah mengeduk atau membersihkan Sumber Beji dari kotoran.
Menurutnya, inti dari ritual Keduk Beji terletak pada penyilepan atau penyimpanan kendi yang berisi air legen di pusat sumber air Beji. Pusat sumber tersebut terdapat di dalam gua yang terdapat di dalam sumber Beji sendiri. Ritual ini berawal dari (legenda) warisan Eyang Ludro Joyo yang dulu pernah bertapa di Sumber Beji untuk mencari ketenangan dan kesejahteraan hidup.

“Keduk Beji memang warisan adat istiadat dan budaya warga sini yang diwarsikan secara turun temurun dari dulu hingga sekarang. Dan terkait penyileman kedalam belik (sumber mata air Keduk Beji-red) yang saya lakukan tadi juga turun temurun dari generasi ke genarsi berikutnya,” ungkap Supomo.
Disinggung mengenai Eyang Ludro Joyo beber Supomo, tokoh tersebut dalam masanya melakukan serangkaian ritual yang diakhiri dengan semedi atau bertapa. Setelah melewati waktu ke waktu Eyang Ludro Joyo langsung muksa (menghilangkan diri-red).

Muksanya Eyang Ludro Joyo sangat diyakini oleh warga sebagai bagian untuk menuju ketenangan demi mempersatukan antara manusia dan kelestarian alam. Dan setelahnya tanpa diketahui sebab musabanya muncul mata air atau belik yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Desa Tawun hingga sekarang ini.
Kemudian Bupati Ngawi Budi Sulistyono/Kanang mengakui adanya apresiasai warga masyarakat Desa Tawun yang telah peduli untuk melestarikan Keduk Beji sebagai budaya lokal. Bebernya, saat ini potensi budaya lokal memang dirasakan makin minus dan tergerus budaya global. Adanya Keduk Beji sebagai satu wahana budaya yang harus dikedepankan sebagai bagian identitas daerah. (Adv/DK)

Post a Comment

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال