Jakarta, IMC - Center of
Reform on Economic atau CORE menilai bahwa industri pemurnian dan pengilangan
minyak bumi Indonesia adalah sektor tujuan investasi yang profitable atau sangat menguntungkan. Hal ini
karena kebutuhannya sangat besar, tetapi pertumbuhan industrinya masih
terbatas.
Seperti yang sebelumnya
diungkapkan Kepala Sub Direktorat Pengangkutan Minyak dan Gas Bumi Kementerian
ESDM, Isnaini, kapasitas kilang Indonesia saat ini 1,15 juta barel per hari
(bph). Adapun produksi minyak Indonesia yang dapat diolah di kilang dalam
negeri hanya sekitar 649 ribu bph.
Sementara kebutuhan Bahan Bakar Minyak dalam negeri mencapai 1,25 juta bph. Ini berarti menunjukkan terjadi defisit 608 ribu bph.
Sementara kebutuhan Bahan Bakar Minyak dalam negeri mencapai 1,25 juta bph. Ini berarti menunjukkan terjadi defisit 608 ribu bph.
Atas perhitungan itu, Peneliti
CORE, Mohammad Faisal, mengatakan sektor ini profitable untuk Raja Salman berinvestasi lebih
intens di Indonesia. Indonesia pun akan mendapatkan untung.
"Kalau Arab Saudi mau
menanam investasi di sana pasti profitable. Karena marketnya
besar, permintaannya besar dan kilangnya sangat kurang sekali. Masih kurang
banyak sekali terutama di luar Jawa," ujar Faisal kepada VIVA.co.id pada
Kamis, 2 Maret 2017.
Turunan industri pemurnian dan
pengilangan minyak bumi, yaitu industri petrokimia, juga sangat profitable untuk
Raja Salman berinvestasi.
"Kalau ada industri
pengilangan pasti ada petrokimia turunannya. Sehingga, menurut saya investasi
di sana juga potensial. Saya menilai investasi yang dijajaki Arab Saudi itu
petrokimia juga. Untuk industri pemurnian dan pengilangan minyak bumi mungkin
dapat masuk sekitar US$2 miliar ke atas. Sementara, industri petrokimia paling
tidak US$1 miliar - US$2 miliar," ucapnya.
Sumber
: viva
Tags
Jabodetabek