Jeritan Pedalaman Aceh Tamiang: Akses Darat Lumpuh, Bantuan Bertaruh Nyawa Melawan Cuaca Ekstrem
Aceh Tamiang, IMC - Semingu pasca diterjang banjir bandang, duka mendalam masih menyelimuti wilayah pedalaman Kecamatan Bandar Pusaka, Kabupaten Aceh Tamiang. Wilayah ini hingga hari ini, Jumat, 06 Desember 2025, dikabarkan masih dalam kondisi isolasi total melalui jalur darat. Kerusakan parah pada prasarana jalan dan jembatan telah melumpuhkan denyut nadi perekonomian dan akses bantuan kemanusiaan.
Akses utama yang menghubungkan Kecamatan Bandar Pusaka dan Kecamatan Sekerak, yakni jembatan penghubung di Aras Sembilan, dilaporkan putus total disapu ganasnya arus banjir bandang. Jembatan ini adalah satu-satunya urat nadi darat bagi ribuan warga Bandar Pusaka, yang dikenal sebagai salah satu daerah pedalaman terpencil di Aceh Tamiang.
Tragisnya, upaya penyaluran bantuan masih menghadapi tantangan berat, Bantuan masih harus di-drop melalui helikopter karena akses darat tidak mungkin dilalui dan Opsi jalur sungai menggunakan boat juga masih berisiko tinggi mengingat aliran air sungai dilaporkan masih deras dan berbahaya.
Di tengah perjuangan pasca bencana, cuaca hari ini, Sabtu, 06 Desember 2025, di Bandar Pusaka dilaporkan didominasi hujan ringan hingga petir (berdasarkan prakiraan cuaca, terdapat potensi hujan ringan hingga badai petir di sekitar waktu siang dan sore hari), memperburuk kondisi warga dan memicu kekhawatiran akan banjir susulan.
Muhammad Yunus, warga sekaligus anggota DPRK Aceh Tamiang dari Partai Nasdem, pada Rabu (3/12) lalu menyampaikan bahwa sekitar seribuan warga Babo masih mengungsi dan sangat membutuhkan bantuan kebutuhan pokok. "Selama ini warga yang mengungsi untuk kebutuhan sehari-hari mengonsumsi bahan makanan yang tersisa dari dampak banjir untuk bertahan hidup," tuturnya pilu.
Yunus menambahkan, sejak Kamis (4/12), warga yang sempat mengungsi ke perbukitan mulai dijemput untuk berkumpul di titik pengungsian Kampung Babo. "Pengungsian akan bertahan sampai 10 hari ke depan," sebut Yunus, mengindikasikan lamanya waktu pemulihan yang dibutuhkan.
Tak hanya berjuang bersama warga di titik pengungsian, Muhammad Yunus juga memimpin langsung upaya pembersihan lumpur tebal yang menutupi badan jalan di Babo, Pengidam, Bengkelang, Rantau Bintang, dan Bengkelang. Pembersihan dilakukan menggunakan satu unit alat berat grader yang dipinjam dari perusahaan perkebunan setempat.
Di tengah lumpuhnya akses dan kritisnya logistik, Muhammad Yunus dikenal sangat responsif. Selama banjir dan pasca banjir, ia terus berada di tengah-tengah warga. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan pokok warga di pengungsian, Yunus terpaksa menggunakan dana pribadinya untuk membeli logistik, nekat menerjang arus sungai dan banjir demi mencapai daerah yang tidak tergenang untuk membeli kebutuhan dapur umum di Babo.
Yunus dengan lantang mendesak Pemkab Aceh Tamiang, pemerintah provinsi, dan pemerintah pusat: "Kami mengharapkan agar dapat mencurahkan perhatiannya untuk wilayah pedalaman Kecamatan Babo, baik bantuan kebutuhan pokok, pelayanan kesehatan selama pengungsian, dan bantuan paska bencana, seperti perbaikan fasilitas umum serta perbaikan rumah-rumah warga yang rusak akibat diterjang banjir bandang."
Aksi nyata dan pengorbanan personal sang politisi ini menjadi secercah harapan di tengah keterisolasian yang mencekik ribuan jiwa di pedalaman Aceh Tamiang.

