Guru Besar IPB University: Perancis Punya 200 Ribu Relawan Pemadam Kebakaran Hutan




Jakarta, IMC-
Prof Bambang Hero, Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) IPB University mengungkapkan bahwa dalam menangani kebakaran hutan, Perancis melibatkan 200 ribu relawan. Prinsip mereka (Perancis) adalah jangan biarkan api sekecil apapun untuk tumbuh dan berkembang, karena itu akan menjadi masalah.

 
“Pemadaman kebakaran, selain dilakukan oleh pihak profesional juga dilakukan oleh para sukarelawan, dengan total sekitar 200.000 orang. Para sukarelawan ini tentu saja terlatih karena diberikan pelatihan sebagaimana mestinya,” ujarnya saat mengikuti Fire Behavior Analysts Training, (28/11-1/12) di Valabre, Kota Marseille, Perancis.
 
Pelatihan ini merupakan bagian dari kerjasama antara IPB University dan Kedubes Perancis di Jakarta. Dalam pelatihan ini, peserta mendapatkan berbagai materi tentang pengendalian kebakaran yang dilakukan pemerintah Perancis mulai dari periode tahun 1973- an hingga tahun 2022.
 
“Tampak dengan jelas bagaimana perubahan secara signifikan yang dilakukan pihak Perancis yang dilakukan sejak masa transisi tahun 1980 hingga saat ini. Berbagai taktik, strategi dan teknologi digunakan dalam pengendalian kebakaran dengan mengedepankan tiga aspek utama dalam pemadaman. Yaitu penyelamatan terhadap manusia, perumahan dan lingkungan. Berbagai regulasi juga ditampilkan termasuk upaya penegakan hukum yang secara tegas dilakukan,” jelasnya.
 
Selama pelatihan di Valabre, lanjutnya, para pengajar/pemberi materi adalah para aktor di lapangan yang melakukan kegiatan pemadaman kebakaran langsung. Peserta juga mendapatkan kesempatan untuk menyaksikan proses simulasi pemadaman kebakaran hutan. Mulai dari penerimaan informasi awal, pemprosesan permintaan, pengiriman peralatan termasuk penggunaan helikopter, pembahasan terhadap perkembangan yang terjadi termasuk intervensi kegiatan yang dilakukan hingga konferensi pers.

“Semua dilaksanakan seperti nyata dengan menggunakan peralatan canggih sesuai dengan saat kejadian. Selain itu kami dibawa juga masuk ke dalam laboratorium pengujian “retardant’ (cairan yang menghambat perkembangan laju api). Kami juga berkunjung ke pusat krisis regional yang menangani berbagai masalah bencana termasuk kebakaran hutan,” tambahnya.

Di pusat krisis ini, lanjutnya, terlihat jelas bahwa ketika pemadaman dilakukan maka upaya pemadaman dilakukan secepat mungkin dengan melibatkan berbagai peralatan yang dibutuhkan. Yang menarik adalah ketika kebakaran makin besar misalnya, maka seluruh pihak yang terlibat termasuk polisi, ikut terlibat dalam penanganannya termasuk para ahli terkait yang akan bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan masalah.

“Pusat crisis center ini di seluruh Perancis terdapat di tujuh wilayah regional. Selain itu untuk memastikan penanganannya pada wilayah setingkat kabupaten maka kami berkesempatan juga mengunjunginya untuk mendapatkan pencerahan. Yang menarik adalah setiap hari mereka menerima laporan lebih dari seribu permintaan dari warga untuk minta pengecekan atau membantu memecahkan masalah, yang kemudian diarahkan oleh pihak pusat krisis kabupaten kepada instansi terkait,” jelasnya.

Menurutnya, semua laporan tersebut tercatat, termonitor dan terimplementasi dengan baik. Terlihat sekali semua celah itu bisa pantau dari pusat krisis ini, layaknya seperti ikan dalam akuarium, tidak ada yang tidak terpantau.  “Ini adalah pelatihan dan kunjungan yang berkelas, karena menunjukkan kepedulian yang tinggi terhadap upaya pengendalian kebakaran dengan target menghentikan kebakaran secepat mungkin,” tandasnya. (**/Zul)

Post a Comment

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال