Departemen Gizi Masyarakat IPB University Gelar Konferensi Internasional Gizi dan Pangan




Jakarta, IMC
- Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB University mengadakan The 2nd IPB International Conference on Nutrition and Food (ICNF) 2022 pada tanggal 17 hingga 18 November 2022 secara daring.

Tahun ini, tema yang diangkat adalah Nutrition and Food Innovation for Better Life.

Kegiatan ini bekerja sama dengan Departemen Gizi, Fakultas Medis dan Kesehatan Masyarakat, Universiti Putra Malaysia (UPM) sebagai co-organizer. Konferensi internasional ini juga bekerja sama dengan jurnal internasional terindeks Scopus yakni Malaysian Journal of Medicine and Health Sciences untuk memfasilitasi penerbitan prosiding yang dipresentasikan oleh para peneliti. Peserta yang hadir berasal dari berbagai negara, di antaranya Malaysia, Filipina, Thailand, Inggris dan Indonesia.



Dr Ernan Rustiadi, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University dalam sambutannya juga mengatakan kegiatan ini merupakan salah satu upaya IPB University untuk mewujudkan rencana strategis lima tahun ke depan. Yakni dalam meningkatkan konektivitas global dan lokal melalui kolaborasi penelitian dan publikasi.
Mulai tahun depan, ia menuturkan, IPB University akan berfokus kepada kerjasama internasional. Salah satunya, IPB University telah merencanakan kolaborasi penelitian spesial bersama UPM.

“Kesempatan ini sangat baik bagi kedua perguruan tinggi dan bagi para peserta untuk mendapatkan akses publikasi internasional Malaysia,” terangnya.

Sebagai salah satu pembicara, Prof Hardinsyah, Guru Besar Ilmu Gizi IPB University membahas lesson learned negara-negara di Asia terkait diet, gaya hidup dan penyakit tidak menular. Umumnya, paparan terkait perubahan diet di Asia, perkembangan penyakit tidak menular akibat perubahan diet di Asia dan keunikan diet tradisional ala orang Asia.

Ia mengungkapkan bahwa perkembangan jenis penyakit tidak menular di Asia sangat berbeda dengan Eropa. Di negara berkembang, penyakit kanker berada di urutan teratas, disusul dengan penyakit kardiovaskular.

Berdasarkan kajian terkini, terjadi pula peningkatan kasus diabetes dan obesitas di Asia. “Kejadian ini dikarenakan densitas restoran cepat saji yang meningkat di berbagai negara Asia sehingga prevalensinya turut meningkat. Saya menyarankan pemerintah untuk meregulasi densitas restoran cepat saji ini,” ungkapnya.

Menurutnya, pola konsumsi gula dan garam yang berlebih karena peningkatan konsumsi cemilan juga dinilai menjadi biang keladinya. Data dari tahun 2000 hingga 2017 menunjukkan, pola konsumsi masyarakat Asia berubah menjadi kurang sehat.

“Tubuh orang Asia sering disebut sebagai skinny fat sehingga cenderung mengalami obesitas sentral di bagian perut sedangkan bagian tubuh lainnya kekurangan otot sehingga terlihat kurus di beberapa bagian lain,” lanjutnya.

Kabar gembiranya, imbuhnya, di sisi lain orang Asia mulai melakukan perbaikan gaya hidup. “Diet ala Asia telah memberikan manfaat kesehatan dan kepuasan yang sepadan dan sebagian besar berakar dari kebiasaan makan tradisional orang Asia,” tambahnya.

Dalam sepuluh tahun ke depan, trend akan semakin berkembang. Di antaranya pangan berbasis tumbuhan, aktivitas fisik yang lebih tinggi, hingga konsumsi mikrobiota penting bagi pencernaan. (MW/Zul/ Rsh)

Post a Comment

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال