Kematian Wakil Kepala Sekolah SMKN 1 Atadei Agustinus Leyong Tolok dipersoalkan Kembali "Biar Bisa Terang Benderang"

 


Lewoleba (NTT), IMC – Kematian Wakil Kepala Sekolah SMKN 1 Atadei Agustinus Leyong Tolok yang ditemukan mayatnya pada Sabtu, 14 November 2021 dipersoalkan kembali, istri korban Yustina Bluen berharap kasus kematian suaminya bisa dibuka kembali, agar bisa diketahui kematian suaminya seperti apa.

 

“Kasus kematian suami saya ini, saya berharap dibuka kembali, biar kasusnya bisa terang benderang dan kematian suami saya seperti apa bisa diketahui. Saya pernah diperiksa di Polres Lembata, saya jelaskan di Polres terkait saat suami pamit ke sekolah pada hari kejadian kemudian menghilang, kemudian saya diberikan SP2HP dari Polres”. Hal itu dikatakan istri korban Yustina Bluan kepada media ini pada Minggu, (19/9/2021) saat dihubungi melalui tlp seluler.

 

Dalam SP2HP Polres Lembata yang copiannya diterima media ini, menjelaskan kasus kematian Agustinus Leyong Tolok dihentikan penyelidikannya. Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) Nomor; SP2HP/168/Res.1.24/VII/2021/Reskrim tanggal 17 Juli 2021 yang ditandatangani oleh Kapolres Lembata AKBP Yoce Marthen, SH, S.I.K, M.I.K selaku penyidik.

 

Dalam SP2HP tersebut dijelaskan telah diperiksa saksi sebanyak 12 orang, hasil Otopsi dari Forensik Polda Bali dalam pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan toksikologi (pemeriksaan racun), ditemukan adanya alkohol yaitu etanol diginjal, dilambung, dikandung kemih dan diotak yang mengakibatkan kematian, olehnya dihentikan penyelidikan kasus penemuan mayat tersebut. Jika dikemudian hari ada fakta-fakta atau bukti-bukti baru untuk mendukung penyelidikan kasus tersebut akan kami proses lebih lanjut, tulis SP2HP.


Dalam kronologi yang ditandatangani istri korban Yustina Bluan dan kuasa hukumnya dari Firma Hukum ABP menyebutkan “sekitar pkl. 07.30 Wita pada Jumat, 13 November 2020, korban pamit ke sekolah. Sekitar pkl. 14.00 Wita, istri korban menghubungi ibu Letek lagi menggunakan via WA tetapi tidak dijawab (panggilan WA tidak aktif) kemudian istri korban chat ke ibu Letek menanyakan keberadaan suaminya tetapi tidak dibalas, sehingga istri korban menghubungi guru yang lain (pak Kristo) dengan panggilan via WA dijawab tapi saat itu pak Kristo tidak berada disekolah, dia berada di Kalikasa mengikuti hajatan 40 hari kematian, setelah pulang ke sekolah baru dia cek. Setelah beberapa jam sekitar pkl. 15.00 Wita pak Kristo menelpon lagi dengan panggilan biasa jawabannya korban tidak ada hanya ada motor terparkir disekolah. Tidak beberapa lama kemudian ada balasan chat dari ibu Letek mengatakan hanya ada motor tetapi korban tidak ada dan mereka sudah cari diruangan praktek yang biasa korban nongkrong tapi tidak ada. Sekitar jam 16.00 wit lewat istri korban menelpon lagi panggilan WA ke ibu Letek menanyakan keberadaan korban tapi jawaban ibu Letek mereka lihat lewat jendela cuma ada motor korban tetapi korban tidak ada.

 



Keluarga terpencar dan mencari kesekolah dan sekitarnya dan juga kekebun milik korban. Saat pencarian disekitar sekolah tidak ditemukan apa-apa selain motor korban yang terparkir di depan lab, pencarian dilakukan sekitar sekolah tidak ditemukan apa-apa, bau-bau juga tidak tercium, karena tidak menemukan hasil keluarga pulang buat seremonial adat (dalam petunjuk korban ada dalam satu ruangan kosong dan dijaga 3 orang).

 

Sehingga fokus pencarian hanya disekitar sekolah. Sekitar jam 18.00 Wita lewat, keluarga (kurang lebih 50 orang) mulai melakukan pencarian lagi, karena petunjuk diruangan kosong dan dilanjutkan pencarian di kantor pertanian juga kosong, sehingga diputuskan untuk dibagi dua kelompok. Kelompok pertama melakukan pencarian mulai dari puskesmas kekantor Camat, UPTD dan Pospol. Sedangkan kelompok kedua dari kantor Pertanian menyusuri kali mati hingga kebelakang sekolah.

 

Saat sampai disekolah, salah satu kerabat Samung mencoba mendobrak salah satu pintu ruangan yang paling ujung kemudian salah satu guru yang tinggal di mes sekolah (pak Kristo) menghampiri rombongan dan mengatakan seluruh ruangan disekolah sudah di cari, namun mereka tidak menemukan apa-apa. Kemudian salah satu kerabat Samung, mau mendobrak pintu salah satu ruangan namun pak Kristo mengatakan kunci tidak ada. Saat itu terdengar seperti bunyi barang yang jatuh dimes salah satu guru (mes pak Kristo) tiba-tiba dia (pak Kristo) seperti orang yang dikejar ketakutan dan ada satu orang lagi mengintip dari mesnya pak Kristo, setelah dari mes pak Kristo mengarahkan mereka dua kelompok tadi untuk cari kearah belakang sekolah.

 

Pencarian dilanjutkan sampai sebelum masuk rumah pupuk, sudah tercium bau bangkai tetapi salah satu guru (pak Kristo) mengatakan itu bau pupuk. Pencarian terus dilakukan mulai dari rumah pupuk terus ke asrama, ruang guru, terus ke kantor BMKG tetapi tidak ditemukan. Pencarian dilakukan lagi di rumah penjaga sekolah turun terus ke bagian belakang rumahnya namun tidak ditemukan juga.

 

Agustinus Leyong Tolok ditemukan tidak lagi bernyawa sekitar pukul 19.45 wita pada Sabtu, 14 November 2020 disamping sekolah oleh Kormas dan Us yang berjarak dari gedung asrama sekitar 25 meter. Tim Reskrim Polres Lembata langsung melakukan olah TKP dan langsung dilakukan visum di Puskesmas Waiknuit – Katakeja, kemudian jenazah dibawah ke ruang  jenasah RSUD Lewoleba. Jenazah dikuburkan hari Minggu, tanggal 15 November 2020. Karena banyak kejanggalan atas kasus kematian almarhum akhirnya istri korban membuat laporan ke Polres Lembata dengan Nomor: LP/105/XI/Res.1.24/2020/NTT/Polres Lembata tanggal 16 November 2020”, tulis kronologi.(BHN)

Post a Comment

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال