Jakarta, IMC - Pada saat ini proses pembelajaran secara daring sudah berjalan hampir 2 semester. Sektor pendidikan merupakan sektor esensial yang harus tetap berjalan. Agar tidak terjadinya kerumunan maka pemerintah menerapkan sistem pembelajaran daring, tak terkecuali bagi pendidikan tinggi. Peralihan pembelajaran secara daring sesuai dengan kebijakan pemerintah dimana pelaksanaan pembelajaran dialihkan menjadi daring ataupun kombinasi antara daring dan luring. Pembelajaran secara daring dilakukan dengan memanfaatkan jaringan internet dan jejaring komputer. Pembelajaran daring ini dilakukan sebagai upaya untuk menekan dan mencegah kasus penularan virus Covid-19.
Pendidikan pada
jenjang perguruan tinggi terdapat beberapa mata kuliah yang wajib melaksanakan
praktikum terutama pada bidang ilmu sains. Pembelajaran pada bidang sains
diberikan secara teori dan praktikum dengan proporsi sks 3-1. Penunjang proses
pembelajaran daring dapat meggunakan platform media yang bersifat sinkronus dan
asinkronus. Beberapa platform media yang digunakan yaitu google classroom,
google meet, zoom, whatsapp, platform internal yang disediakan oleh pihak
kampus masing-masing dan lainnya. Dampak pembelajaran daring akan terlihat dari
sikap yang terbentuk pada mahasiswa selama proses pembelajaran, baik secara
teori maupun praktikum. Pembentukan sikap ini dapat dinilai dari sikap
kognitif, afektif, dan konatif.
Berdasarkan data
pengamatan pada kegiatan pembelajaran dan praktikum di bidang perikanan (Aulia,
2021), menunjukkan bahwa proporsi pembentukan sikap mahasiswa terbagi 3 yaitu
dimensi kognitif sebesar 34%, dimensi afektif 35% dan dimensi konatif 31%. Hal
ini menunjukkan bahwa dengan pembelajaran daring mahasiswa dapat menerima
materi karena adanya respon emosional
yang positif yang didasari oleh faktor kepercayaan terhadap materi yang
diberikan. Pembentukan sikap dimensi kognitif mahasiswa juga dipengaruhi oleh
pola pikir dan persepsi terhadap materi yang diberikan. Akan tetapi untuk sikap
konatif masih kurang dikarenakan kurangnya respon keaktifan perilaku selama
proses pembelajaran daring.
Proses pembelajaran daring ini perlu adanya interaksi yang aktif antara
pengajar dan mahasiswa dengan memanfaatkan platform yang disediakan, misalnya
perlu adanya kuis, game dan lainnya yang rutin dilakukan setiap akhir
pembelajaran daring. Inovasi dan kreatifitas pengajar dituntut lebih agar
terbentuknya respon sikap positif terutama pada bidang afektif. Mahaiswa juga
dituntut untuk lebih mandiri dalam mencari sumber-sumber teori lain yang
mendukung materi, menemukan dan memecahkan masalah dalam suatu materi. Efektivitas
pembelajaran daring dapat dicapai jika ada kerjasama dan interaksi antar semua
pihak yang terlibat. (red)
Penulis :
Aulia Andhikawati
Email :
aulia.andhikawati@unpad.ac.id