Perawat RSUD Sayang Cianjur Dibogem Keluarga Pasien, PPNI Turun Tangan


Sunandar (dua kiri), perawat RSUD Cianjur, menempuh jalur hukum atas pemukulan yang menimpa dirinya usai mengurus pasien yang meninggal dunia, Jumat (24/7). Foto: ANTARA/Ahmad Fikri

Cianjur, IMC - Aksi pemukulan seorang perawat ICU RSUD Sayang Cianjur terekam kamera CCTV. Rekaman video tersebut telah beredar di media sosial.

Korban pemukulan, Sunandar (32), memperlihatkan rekaman CCTV aksi pemukulan dirinya kepada pihak kepolisian saat melapor, Jumat (24/7/2020).

Rekaman tersebut menjadi bukti petunjuk yang dibawanya selain bukti hasil visum et repertum.

Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Hubungan Antarlembaga Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Cianjur, Edi Susanto, mengatakan, pihaknya telah merangkum hasil investigasi di lapangan yang menjadikan sebuah kronologis mengenai peristiwa yang menimpa Sunandar.

"Tadi saya yang menyerahkan kronologis tersebut ke bidang hukum sebagai laporan ke PPNI Jabar," kata Edi.

Edi mengatakan, sesuai dengan tahapan, korban pemukulan juga sudah memberikan keterangan kepada PPNI Cianjur.

"Kalau proses hukum tadi korban sudah melakukan pelaporan," katanya.

Mengenai kejadian pemukulan, Sunandar mengatakan saat ia sedang mengurus seorang jenazah pasien riwayat penyakit jantung di ruangan ICU.

Sunandar menceritakan kronologis awal, malam saat kejadian tersebut berlangsung.

"Saat itu saya piket malam pada Selasa (21/7/2020), seperti biasa saya kondisikan dulu pasien. Kebetulan saya ada tiga tim yang berdampingan. Saya cek dan periksa semuanya dalam artian juga memperhatikan pemasangan alat bantu pasien," kata Sunandar.

Ia mengatakan, kembali mengecek status selang infus termasuk selang oksigen semua pasien.

"Saya kerja masuk langsung ke status para pasien. Saya melihat selang oksigen pasien copot sekitar pukul 21.00 WIB, kondisi pasien setengah sadar, tapi disuruh angkat kaki kanan masih respons, sesuai SOP saya masukin infusan 30 menit kemudian dan alat suntik antibiotik," kata Sunandar.

Lalu, kata Sunandar, pada pukul 23.00 WIB terjadi penurunan kondisi pasien. Ia pun langsung mengecek keadaan pasien. Ia menyebut saat itu nadi pasien sudah lemah.

"Saya minta bantuan teman untuk telepon dokter jaga, beberapa saat kemudian dokter jaga datang dan ia memerintahkan untuk melakukan tindakan lanjutan RJP. Tapi dicek respons tak ada. Dokter menyebut pasien meninggal pada pukul 00.15 WIB," katanya.

Sunandar pun menghubungi pihak keluarga untuk datang ke ICU. Beberapa kali menghubungi akhirnya pihak keluarga pun datang.

"Pertama seorang ibu datang dan menanyakan kronologis. Dijelaskan sama dokter sambil mengisi tulisan kronologisnya kepada ibu tersebut, si ibu pun menerima lalu menangis sedih," kata Sunandar.

Sunandar juga ikut menjelaskan kepada ibu tersebut bahwa sejak malam pasien gelisah dan terus mencabut selang infusan dan selang oksigen. Beberapa kali ia juga membetulkan selang pasien tersebut. Ibu itu pun mendengarkan.

Lalu setelah selesai menjelaskan kepada seorang ibu, tiba-tiba datang lagi seorang pria dan bertanya dengan nada kurang enak kepada Sunandar.

"Sama kepada ibu tadi saya kembali memulai menjelaskan bahwa pasien gelisah sejak malam. Belum selesai saya menjelaskan perkataan saya dipotong dan sambil bicara pria tersebut melayangkan pukulan dan mengenai pipi saya," kata Sunandar.

Sunandar tidak melawan, ia terus bekerja mengurus jenazah tanpa memedulikan lagi pria tersebut.

Namun ia sempat mendengar ibu yang pertama menemuinya meminta maaf. (Ferry AM)

Berita ini telah tayang sebelumnya, di https://jabar.tribunnews.com/ dengan judul: "Aksi Pemukulan Perawat di RSUD Sayang Cianjur Terekam Kamera CCTV, Sudah Diserahkan ke Polisi"

Post a Comment

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال