Jakarta, IMC - Wakil Ketua Rumah Pejuang Indonesia (RPI) H. Deani T. Sudjana, SH, MM melancarkan kritik kepada Capres Jokowi yang selalu mengumbar janji bohong. Hal itu dikatakan Deani kepada IMC pada Sabtu (24/11) di Jakarta.
"Janji Jokowi pada Pilpres 2014 banyak yang tidak ditepati, kalau tidak ditepati ya janji bohong. Itu bohong," kata Waketum RPI yang merupakan alumni Lemhanas ini kepada IMC.
"Syarat utama seorang pemimpin adalah amanah. Amanah artinya tidak ingkar janji jika sudah berjanji. Integritas moral seorang pemimpin penting. Tolok ukur moral salah satunya berkata jujur. Jujur itu penting. Kalau hendak berbohong sebaiknya jangan jadi Capres. Seorang pemimpin itu panutan rakyat. Olehnya ukuran moral menjadi penting. Jika pemimpin jujur maka bangsa dan negara ini akan adil dan makmur," kritik Deani.
"Capres Jokowi pada Pilpres 2014 berjanji tidak akan utang. Tidak akan impor. Setelah berkuasa malah bangsa ini mau digadai dengan utang. Utang menjadi warisan anak cucu kita sampai hari depan karena sudah diatas empat ribu triliun.
Tingkok dan IMF itu racun. Sudah tahu racun kenapa mau terjebak masuk? Taruhannya pada bangsa dan negara. Sudah banyak negara didunia dijebak IMF dan Tingkok akhirnya negara jatuh bangkrut, mata uang diganti dengan mata uang Cina. Negara mereka dikuasai sepenuhnya oleh Cina dan IMF. Artinya tidak lagi berdaulat. Jangan membuat Indonesia seperti itu, Indonesia punya harga diri. Bangsa ini diperjuangkan dengan darah mengalir oleh pahlawan kita, air mata dan bentangan mayat berjejer ditanah. Mereka mujahid-mujahid bangsa ini. Jangan dianggap sepele perjuangan pendahulu kita," beber Magister Hukum ini menjelaskan gamblang.
Pilpres 2019 ini, kata Deani, taruhan besar kepada bangsa dan negara. Tidak sebatas menang atau kalah dalam kompetisi. Tapi hal yang jauh perluk dipikirkan adalah nasib bangsa kedepan. Negara ini perlu kembali dipimpin militer kombinasi sipil. Sipil memimpin sangat lemah dan sangat berbahaya dalam mempertahankan eksistensi bangsa. Perlu ada militer.
"Militer tidak diragukan lagi dalam memimpin bangsa. Dari barak mereka sudah didoktrin hidup dan mati bersama merah putih. Jangan ajarkan saya Pancasila dan NKRI pada militer. Mereka militer sudah disumpah darah dan tulang mereka siap digadaikan untuk bangsa ini. Sangat berdosa militer kalau menggadaikan bangsa ini pada asing. Negara terancam, militer dan perlawanan rakyat semesta akan bangkit. Tentara lahir dari rakyat. Hidup dan mati bersama rakyat. Sumpah mereka setia pada bangsa dan negara.
Dari Rumah Pejuang Indonesia (RPI), saya menghimbau kepada seluruh rakyat Indonesia, dikota maupun di desa, pejabat maupun rakyat jelata, pemuda maupun orang tua, laki-laki maupun perempuan, mari bangkit dan selamatkan bangsa ini melalui Pilpres 2019. Pilih pemimpin yang berani, jujur dan bermartabat. Selamatkan bangsa ini dari ancaman ekonomi dan politik. Kita sedang dijajah. Utang sudah kelewat batas dari ukuran manusia normal. Impor berjalan terus, impor itu mematikan petani di desa. Swasembada pangan hanya slogan kosong.
Guru honorer ditelantarkan, padahal para guru-guru adalah pahlawan yang mencerdaskan anak bangsa. Pegawai honorer, mencari lapangan kerja susah. Padahal Jokowi 2014 membuat janji akan menciptakan jutaan lapangan kerja," jelasnya.
"Mari singsingkan baju, kepalkan tangan dan ikhlas untuk berjuang selamatkan bangsa dan negara melalui Pemilu 2019. Pemilu jujur dan adil dambaan rakyat Indonesia. Pemilu tidak jujur hanya akan melahirkan pemimpin cacat, dan itu sangat beresiko untuk bangsa dan negara. Lawan jika ada yang curang," tegas Alumni Lemhanas ini.(red/tim).