Kakek Usia 79 Tahun Tetap Semangat Lakukan Ini !

Magetan, Pewarta - Siang itu, di sekitaran 
light perempatan dekat MTsN Karangmojo 1, Magetan, matahari bersinar begitu terik. Udara bercampur debu jalanan yang terbang diterjang kendaraan yang lalu lalang, membuat suasana serasa gersang.

Di tengah teriknya hari, terlihat seorang kakek tengah mengendarai sepeda pancal berjalan dari arah utara. Dua kotak berwarna putih tampak diletakkan di boncengan sepeda kumbangnya.

Lampu berwarna merah, Ia pun berhenti, mengantre di perempatan. Menunggu lampu lalu lintas menyala hijau.

Melihat kakek tersebut, saya teringat sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Ebiet G. Ade. Penggalan liriknya kira-kira seperti ini :

"Benturan dan hempasan terpahat di keningmu, kau nampak tua dan lelah keringat mengucur deras namun kau tetap tabah" 

Dalam hati saya pun berbisik, alangkah hebat kakek itu. Saya kagum. Semangatnya tak pudar meski langkahnya kadang gemetar.

Lampu lalu lintas pun menyala hijau. Sang kakek pun kembali mengayuh sepeda kumbangnya yang sudah tampak usang.

Penasaran apa yang dibawa kakek itu, tepat di depan MTsN Karangmojo 1, saya putuskan untuk menghentikan beliau. Ternyata, kakek itu menjual es potong aneka rasa.

Kebetulan, saya sendiri sedang haus. Saya pun akhirnya membeli sepotong es dagangannya. Saat kotak putih itu dibuka, dagangan simbah itu terlihat masih lumayan banyak.

Sambil menikmati es potong rasa durian, kami pun berbincang.

Kakek tersebut mengaku bernama Tarmuji. Warga RT 11 RW 03, Desa Panggung, Kecamatan Barat, Magetan atau tepatnya dekat MTsN Karangmojo. Mbah Tarmuji bercerita sekilas kisah hidupnya.

Saat ini, ia tinggal bersama istri dan seorang anaknya yang bekerja di salah satu konveksi di Magetan.

Meski usianya sudah tak muda lagi, kakek kelahiran 1939 ini tak lantas diam dan berpangku tangan apalagi berharap belas kasih orang lain. Justru sebaliknya, Mbah Tarmuji masih terus berusaha dan bekerja.

Mengendarai sepeda kumbang usang kesayangannya, Mbah Tarmuji keliling berjualan es potong rasa buah seperti durian, jambu, strawberi dan lain-lain.

"Dulu saya di Caruban sekitar tahun 1968, terus saya pulang ke Panggung tahun 1974 dan mulai jualan es dengan naik sepeda," katanya.

Mbah Tarmuji mengaku, setiap hari selain Jum'at, dia berkeliling hingga ke wilayah Ngawi. Bahkan terkadang harus sampai Caruban, Madiun untuk menjajakan barang dagangannya.

Biasanya, Ia berangkat pukul 8 pagi dan pulang sekitar jam 3 sore. Karena usianya sudah tak muda lagi, barang dagangan yang dibawa pun sesuai kemampuan. Dua kotak es yang tiap kotaknya berisi kurang lebih dua puluh potong.

"Jualannya sampai Ring Road Ngawi, Kersoharjo, Kasreman, kadang sampai Caruban ya sepedahan terus, tapi kalau hari Jum'at saya libur," ungkapnya.

Satu potong es milik Mbah Tarmuji dijual dengan harga dua ribu rupiah. Ia mengaku kulakan es potong pada seorang di sebelah timur pegadaian Tebon, Barat.

Soal keuntungan, Mbah Tarmuji mengaku tak pernah mempersoalkan apalagi mengeluh dengan hasil yang sedikit. Berapapun rezeki yang ia dapatkan dari usahanya berjualan es potong selalu disyukuri.

"Sehari dapat berapapun saya syukuri, yang penting halal, badan sehat dan makan segar," ujarnya.

Dari perbincangan kami yang tak lebih dari 10 menit itu, ada sebuah pelajaran berarti yang saya dapatkan dari sosok Mbah Tarmuji.

Ia tak pernah menyerah. Meski sudah lanjut usia, Mbah Tarmuji tetap berusaha dan pantang meminta-minta. Dan satu lagi, ia selalu bersyukur berapapun rezeki yang Tuhan beri. (ant/red)

Post a Comment

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال