Teriakan "Prabowo Presiden" Menggema ke Seluruh Ruangan Saat Bedah Buku



Jakarta, IMC - Prabowo Presiden, Prabowo Presiden... teriakan Emak-emak membahana dalam ruangan seminar hotel Grand Sahid Jaya Jakarta Selatan saat menyambut kedatangan Prabowo Subianto di acara bedah buku Paradoks Indonesia, karya Prabowo Subianto pada Sabtu (1/9/2019). 

Prabowo tiba sekitar pkl 09.45 wib dengan mengenakan baju demang khas Betawi, sebelum tiba suasana ruangan seminar sudah semarak, dipadati para pengunjung, guru besar, cendikiawan, intelektual, para dosen, para politisi, pemuda mahasiswa, NGO dan ratusan relawan pendukung Prabowo-Sandi. Tampak hadir Kwik Kian Gie, Rizal Ramli, Sandiaga Salahudin Uno, Mien Uno, Hashim Djojohadikusumo, Fadhli Zon, Nanat Natsir dan masih banyak lagi.

Buku setebal 132 halaman tulisan Prabowo Subianto terbit tahun 2017 ini mengulas tentang Indonesia. Indonesia negara kaya, tetapi masih banyak rakyat hidup miskin. Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang sangat besar. Namun, jika dulu kekayaan Indonesia hanya dinikmati oleh penjajah, sekarang kekayaan Indonesia hanya dinikmati oleh segelintir orang saja. Kita juga terancam selamanya hanya jadi negara berpenghasilan menengah karena strategi ekonomi kita saat ini gagal mengatasi middle income trap atau perangkap pendapatan menengah, tulis Prabowo.

Di tahun 2016, hampir setengah kekayaan dikuasai oleh 1% populasi terkaya. Bagaimana ada Rp 11.000 triliun milik orang dan perusahaan Indonesia, jumlah yang 5x lebih banyak dari anggaran negara, parkir diluar negeri. Bagaimana 40% dari angkatan kerja hanya lulusan SD, dan 1 dari 3 anak Indonesia mengalami gagal tumbuh atau stunting. 

Demi mengatasi Paradoks Indonesia dan mencegah Tragedi Indonesia, buku ini juga menjelaskan bagaimana setiap WNI dapat turut berperan menjawab tantangan sejarah, menjadikan Indonesia bangsa yang kuat, terhormat, adil dan makmur
Bangsa kelas atas yang disegani, bukan bangsa menengah apalagi kelas bawah yang seringkali dianggap remeh, tulis Prabowo dalam bukunya.

Dalam buku tsb, Prabowo mengutip Data Pusat Statistik (Susenas), 2015, dituliskan masih ada 29 juta orang Indonesia hidup dibawah garis kemiskinan yang ditetapkan pemerintah. Ini mencakup 8,3% penduduk kota dan 14,2% penduduk desa. Prabowo juga menyebutkan data Bank Dunia, 2015 yang mencatat masih terdapat 68 juta orang Indonesia terancam miskin. 26,9% atau 68 juta orang Indonesia hidup kurang dari 50% diatas garis kemiskinan nasional (PPP US$ 1,30). Jika mereka mengalami masalah ekonomi, mereka bisa jatuh miskin dengan mudah. Dalam buku ini juga Prabowo mengutip Konsorsium Agraria, 2014, menuliskan rasio ketimpangan kepemilikan dan penguasaan tanah saat ini: 0.72, artinya 72% tanah dikuasai sekitar 2,5 juta orang saja.

Prabowo menawarkan untuk membangun kesadaran nasional, untuk menjawab tantangan demokrasi yang dikuasai pemodal, mencegah tragedi Indonesia dengan mewujudkan ekonomi konstitusi dan mewujudkan demokrasi rakyat. Setelah 70 tahun lebih merdeka, kita menuju negara gagal. Ekonomi kita sakit karena salah urus, Indonesia kaya akan SDA dan sumber daya manusia tapi rakyat Indonesia hidup dalam ketimpangan dan kemiskinan. Kondisi inilah disebut sebagai Pradoks Indonesia (Hlm. 13). Olehnya menurut Prabowo perlu membangun kesadaran bersama, membangun kesadaran nasional dan memilih untuk jadi pejuang politik tulis Prabowo (Hlm. 8).

Dalam acara tsb Prabowo tampil sebagai Keynote Speaker. Prabowo tampil dengan canda dan mengurai ekonomi Indonesia sesuai yang ditulis dalam buku Pradoks Indonesia. Ketua Panitia bedah buku Juliana Wahid dari Institut Madani Nisantara (IMN) mengatakan diskusi ini mengundang akademisi dan cendekiawan dari seluruh Indonesia. Dia menuturkan banyak akademisi dari berbagai universitas hadir dalam acara ini.

"Acara ini dirancang khusus untuk cendekiawan, dosen, guru, pengamat, dan penikmat diskusi yang berkualitas," ucapnya.

Pembicara pertama adalah mantan Rektor UIN Sunan Gunung Djati Nanat Natsir. Nanat menceritakan kesenjangan yang ada di Indonesia.

"Setiap satu persen penduduk menguasai 38 persen tanah, inilah yang menjadi masalah kita selama 73 tahun merdeka," ucap Nanat.(*)

Post a Comment

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال