Kisah Musafir "Ki Gondrong"

Jakarta, IMC - Ki Gondrong…begitu orang-orang memanggilnya…mungkin karena rambutnya yang dibiarkan gondrong. Secara tak sengaja tetanggaku berkenalan dengannya saat mampir di kios rokok milik tetanggaku tersebut, yang terletak disebuah halte di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan.

Dengan sifatnya yang ramah, bersahabat dan penolong, ciri khas yang sepatutnya dimiliki seorang pedagang…tetanggaku ini cepat akrab dengan siapa saja termasuk Ki Gondrong ini. Dari perkenalan tersebut diketahuilah bahwa Ki Gondrong adalah seorang Musafir yang baru turun gunung dari pedalaman Badui. Dan beliau sedang mengembara sambil mengamalkan ilmu yang didapatnya, agar dapat menolong sesama, dan bermanfaat bagi orang banyak.

Sejak saat itu Ki Gondrong mulai di kenal di lingkunganku, berkelana ke rumah-rumah para warga yang membutuhkan pertolongannya…sampai aku sendiri harus bersabar beberapa hari menunggu giliranku untuk berkonsultasi dengan beliau. Ki Gondrong ini diberi sekedar untuk makan/sebungkus rokok kesukaannya saja sudah senang, kecuali jika ada beberapa persyaratan yang harus dibeli, tentu saja menjadi tanggungan orang yang hendak di obati tersebut.

Beragam masalah ditangani beliau, mulai dari mengobati penyakit sampai menangkap Jin jahat penunggu rumah tetanggaku…malam itu karena penasaran, aku ikut melihat apa yang dikerjakan Ki Gondrong di rumah tetanggaku tersebut. Sebelum memasukkan Jin tersebut kedalam botol plastik, sempat-sempatnya si Aki mengambil foto Jin tersebut dengan Handphone. Percaya tidak percaya, kulihat sendiri foto Jin tersebut…tapi yang ini tidak begitu seram…kata si Aki ada yang lebih seram, tapi kalau di foto nanti orang-orang malah tidak kuat/ketakutan melihatnya.

Suatu hari disela-sela pembicaraan saat aku berkonsultasi dengan beliau, aku mengorek sedikit tentang jati diri beliau dan rencananya untuk masa depannya. Beliau mengutarakan keinginannya untuk menetap disuatu tempat dan membuka praktek. Beliau juga berkeinginan untuk berumah tangga/mempunyai istri dan menjalankan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini dengan baik.

Menurutku beliau terlalu muda untuk dipanggil Aki, usianya baru 34 tahun…tapi aku maklum karena konotasi Aki disini, bukan berdasarkan usia, tapi karena pengalaman/ilmu spiritualnya yang tinggi.

Saat kutanya mengenai tempat tinggalnya, dan bagaimana dengan kebutuhan hidupnya sehari-hari? Jawab beliau…dimana ada mesjid, disitulah beliau tidur/beristirahat Terkadang beliau menginap dirumah para warga yang menawarkan tinggal untuknya beberapa hari, sambil menolong dan mengobati warga tersebut. Begitu pula dengan pakaian dan lain-lain, didapat dari pemberian sukarela para warga yang sudah ditolongnya.

Walaupun si Aki ini sosok/penampilannya seperti seorang Kiai, selalu memakai Gamis putih dan sorban, namun beliau tidak pandang bulu dalam menolong seseorang. Warga yang non muslim pun ditolongnya dengan senang hati, dan memberikan wejangan/nasihatnya dengan bijak. Disinilah kulihat toleransi beragama si Aki sangat baik.

Hmmm…terfikir juga olehku tentang kehidupan Ki Gondrong ini. Aku sih punya planning sendiri dalam imajinasiku, kukhayalkan Ki Gondrong mengobati seorang Public Figure, dan disitulah jalan hidupnya terbentang luas. Tapi ada rasa khawatir dalam khayalanku…ah, nanti si Aki malah jadi terkenal dan tidak mau mengobati/menolong orang-orang biasa seperti kita. Sudah itu pasang tarif mahal pula.

Entah dimana si Aki sekarang…terakhir kudengar beliau dibawa untuk mengobati orang ke Lampung. Susah sekali mencarinya, tapi terkadang beliau muncul tiba-tiba di halte kios rokok milik tetanggaku itu…dan tentu saja orang-orang yang melihat dan membutuhkan pertolongannya akan cepat-cepat memanggil dan menahannya, kalau tidak si Aki keburu menghilang dan berkelana lagi.

Post a Comment

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال